Menurut para akademisi dari Amerika dan China, hewan yang hidup pada Periode Cambrian ini kemungkinan masuk phylum sejenis siput yang telah punah. Sedangkan para peneliti lainnya memperkirakan bahwa hewan tersebut merupakan bentuk awal dari annelida atau arthropoda (hewan dengan kaki berbuku-buku).
Penjelasan lebih mendetail dilaporkan dalam Procceding of the Royal Society B.
Fosil yang memiliki panjang 5 hingga 10 centimeter itu ditemukan di Anning, China. Ia memiliki tubuh pipih, dan sirip horisontal yang diperkirakan untuk mendukung pergerakannya di dasar lautan. Ia juga memiliki indera yang berkembang dengan baik termasuk sepasang mata di tubuhnya.
Masalahnya, hewan yang diberi nama Vetustodermis planus tidak memiliki sejumlah ciri-ciri atau karakter yang dapat memasukkannya ke dalam golongan tertentu.
Pertama kali dideskripsikan pada 1979, Vetustodermis dimasukkan ke dalam kategori annelida bersama cacing dan sejenisnya. Namun, para peneliti selanjutnya memiliki pendapat lain dengan mengatakan bahwa hewan tersebut lebih mirip arthropoda atau mollusca (hewan lunak).
Kaki pipih
Berdasarkan penelitian terbaru, makhluk ganjil ini terlihat mirip siput terutama karena memiliki kaki pipih dan mendatar. Meskipun demikian, para peneliti mengatakan bahwa tidak seluruh ciri-cirinya sesuai dengan sifat-sifat phylum mollusca ini.
"Phyla didefinisikan sebagai organisme yang memiliki sejumlah sifat atau karakter. Sampai sekarang tidak ada golongan hewan yang memiliki karakter sebagaimana dimiliki Vetustodermis," kata David Bottjer, penulis pendamping laporan penelitian tersebut dari University of Southern California, AS.
"Phylum yang paling dekat dengan karakternya adalah mollusca, tapi memasukkan Vetustodermis ke dalam mollusca tidak tepat."
Karena Vetustodermis sulit untuk dimasukkan ke dalam phylum yang telah diketahui, Profesor Bottjer dan koleganya memasukkannya ke dalam golongan tersendiri. Salah satu golongan yang berkembang dan muncul di jaman Cambrian.
"Kami selalu menemukan banyak sifat mollusca dalam fosil ini. Tapi, mengingat keberadaan organisme di Bumi melalui sejarah hidup yang panjang, kami memutuskan bahwa Vetustodermis menjadi bentuk phylum baru," katanya.
Jonathan Todd, seorang palaeontolog dari Natural History Museum, London, Inggris juga bingung dengan hewan tersebut. "Itu adalah bentuk keganjilan lain dari jaman Cambrian. Hewan tersebut tidak terlihat seperti arthropoda dan saya tidak menemukan keseluruhan sifat-sifat mollusca di sana."
Pohon evolusi
Meskipun demikian, Dr. Todd tidak setuju pembentukan phylum baru untuk mengakomodasi tempat bagi Vetustodermis karena menurutnya masih terlalu dini untuk melakukan hal tersebut.
"Beberapa ilmuwan menduga bahwa banyak sekali phyla di jaman Cambrian," katanya. "Mereka menyimpulkan hal tersebut karena tidak memperhitungkan indera phylogenetic. Mereka hanya berpikir ketika menemukan ciri-ciri yang unik, pasti termasuk phylum yang lainnya."
Jadi, daripada membuat phyla baru yang acapkali tidak ada kesamaan dengan phyla yang ada, Dr Todd lebih tertarik untuk memastikan bagaimana caranya memasukkan Vetustodermis ke dalam pohon evolusi yang sangat besar.
Jika benar harus masuk ke dalam phylum yang berbeda, bagaimana hubungannya dengan mollusca, annelida, dan arthropoda?
"Kami tidak begitu tahu hubungan phylogenetic di antara phyla yang masih ada," katanya. Molekul genetik telah diperiksa sejauh ini. Tapi, phyla yang ada sekarang, suatu ketika harus dihubungkan satu sama lain. Dengan demikian, fosil ini menyediakan peluang untuk menghubungkan berbagai phyla yang ada.
Penjelasan lebih mendetail dilaporkan dalam Procceding of the Royal Society B.
Fosil yang memiliki panjang 5 hingga 10 centimeter itu ditemukan di Anning, China. Ia memiliki tubuh pipih, dan sirip horisontal yang diperkirakan untuk mendukung pergerakannya di dasar lautan. Ia juga memiliki indera yang berkembang dengan baik termasuk sepasang mata di tubuhnya.
Masalahnya, hewan yang diberi nama Vetustodermis planus tidak memiliki sejumlah ciri-ciri atau karakter yang dapat memasukkannya ke dalam golongan tertentu.
Pertama kali dideskripsikan pada 1979, Vetustodermis dimasukkan ke dalam kategori annelida bersama cacing dan sejenisnya. Namun, para peneliti selanjutnya memiliki pendapat lain dengan mengatakan bahwa hewan tersebut lebih mirip arthropoda atau mollusca (hewan lunak).
Kaki pipih
Berdasarkan penelitian terbaru, makhluk ganjil ini terlihat mirip siput terutama karena memiliki kaki pipih dan mendatar. Meskipun demikian, para peneliti mengatakan bahwa tidak seluruh ciri-cirinya sesuai dengan sifat-sifat phylum mollusca ini.
"Phyla didefinisikan sebagai organisme yang memiliki sejumlah sifat atau karakter. Sampai sekarang tidak ada golongan hewan yang memiliki karakter sebagaimana dimiliki Vetustodermis," kata David Bottjer, penulis pendamping laporan penelitian tersebut dari University of Southern California, AS.
"Phylum yang paling dekat dengan karakternya adalah mollusca, tapi memasukkan Vetustodermis ke dalam mollusca tidak tepat."
Karena Vetustodermis sulit untuk dimasukkan ke dalam phylum yang telah diketahui, Profesor Bottjer dan koleganya memasukkannya ke dalam golongan tersendiri. Salah satu golongan yang berkembang dan muncul di jaman Cambrian.
"Kami selalu menemukan banyak sifat mollusca dalam fosil ini. Tapi, mengingat keberadaan organisme di Bumi melalui sejarah hidup yang panjang, kami memutuskan bahwa Vetustodermis menjadi bentuk phylum baru," katanya.
Jonathan Todd, seorang palaeontolog dari Natural History Museum, London, Inggris juga bingung dengan hewan tersebut. "Itu adalah bentuk keganjilan lain dari jaman Cambrian. Hewan tersebut tidak terlihat seperti arthropoda dan saya tidak menemukan keseluruhan sifat-sifat mollusca di sana."
Pohon evolusi
Meskipun demikian, Dr. Todd tidak setuju pembentukan phylum baru untuk mengakomodasi tempat bagi Vetustodermis karena menurutnya masih terlalu dini untuk melakukan hal tersebut.
"Beberapa ilmuwan menduga bahwa banyak sekali phyla di jaman Cambrian," katanya. "Mereka menyimpulkan hal tersebut karena tidak memperhitungkan indera phylogenetic. Mereka hanya berpikir ketika menemukan ciri-ciri yang unik, pasti termasuk phylum yang lainnya."
Jadi, daripada membuat phyla baru yang acapkali tidak ada kesamaan dengan phyla yang ada, Dr Todd lebih tertarik untuk memastikan bagaimana caranya memasukkan Vetustodermis ke dalam pohon evolusi yang sangat besar.
Jika benar harus masuk ke dalam phylum yang berbeda, bagaimana hubungannya dengan mollusca, annelida, dan arthropoda?
"Kami tidak begitu tahu hubungan phylogenetic di antara phyla yang masih ada," katanya. Molekul genetik telah diperiksa sejauh ini. Tapi, phyla yang ada sekarang, suatu ketika harus dihubungkan satu sama lain. Dengan demikian, fosil ini menyediakan peluang untuk menghubungkan berbagai phyla yang ada.