Kamis, 04 Agustus 2011

Sejarah Kopassus



Kopassus merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD yang bertugas khusus untuk menyerang langsung ke sasaran/posisi musuh, dan operasi intelejen.
Kopassus menggunakan baret yang berwarna merah. Kemampuan 1 prajurit kopassus melebihi 1 tentara biasa.



Sejarah Kopassus


Bermula saat bertugas menumpas Pemberontakan RMS di Maluku tahun 1950, Letkol Slamet Riyadi melihat pasukan Pemberontak RMS dengan unit kecil yang efektif dapat memberikan perlawanan sengit dan menyebabkan banyak korban di pihak APRI ( TNI sekarang) kemudian beliau menyampaikan gagasan pembentukan pasukan istimewa dalam APRI kepada Kolonel A.E. Kawilarang. Unit kecil pasukan Pemberontak RMS yang efektif tadi adalah personil dari KST (Komando Stoot Troepen), Satuan elit Pasukan Belanda yang terkenal dengan baret hijaunya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYpvnGZhKIEg25mKAC5cu7ejYGXcTx3c9Lh7UJtjWEvHHDigM2j_0zAECfd821lb-_CNTN_afBO497EEi2y57zsFsCMu3sqZdDSZmj4TQJgNAbtVroPYBRX_PRagN61rXIdHyk_yUr7fY/s1600/Slamet+riyadi.jpg
Letkol Slamet Riyadi

Namun sayang, Letkol Slamet Riyadi gugur dalam tugas penumpasan Pemberontakan RMS tersebut. Tapi gagasan pembentukan pasukan istimewa ini tetap berlanjut di tangan Kolonel A.E. Kawilarang.

Setelah operasi penumpasan Pemberontak RMS berakhir, Kolonel A.E. Kawilarang yang kemudian menjadi Panglima Teritorium Tentara III / Siliwangi merekrut beberapa anak buahnya yang mempunyai Brevet Para untuk memulai pendidikan pasukan istimewa ini bersama pelatih-pelatih dari SKI (Sekolah Kader Infanteri) Cimahi.

Salah seorang pelatihnya adalah Mayor Rokus Bernadus Visser, mantan tentara Belanda yang tinggal di Lembang dan telah berganti nama menjadi Mochammad Idjon Djanbi. Karena pengalamannya sebagai seorang prajurit Komando profesional, beliau diminta oleh Kolonel A.E. Kawilarang untuk membantu melatih calon pasukan istimewa ini.

Tahun 1952 diselenggarakanlah pelatihan Komando angkatan pertama di Batujajar. Tujuan pelatihan ini adalah membentuk prajurit-prajurit infanteri yang mempunyai kemampuan Komando. Pesertanya berasal dari dari prajurit Siliwangi, yaitu dari Batalyon 304/Pasopati Siliwangi, Batalyon 3 Mei dan beberapa peserta sukarela. Jumlah peserta adalah sekitar 400 orang. Pelatihan ini dilaksanakan selama 6 bulan dan yang berhasil lulus ada 242 orang.

Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) dengan Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi sebagai komandannya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTCPZo9Jofoe32nB0wmBl4hmzCebyRM6_WY8iId_cVHafKiVepJJccFIiiywlzmDmjQQcnGKz6IsMhIbdJd2A5nbIxoefP_rrMBM4y2E7f9EI9FaJ7b0A2E0YUyRgt3wPKtzkF-vqOG4/s1600/Mochammad+Idjon+Djanbi.jpg
Mochammad Idjon Djanbi

Karena satuan Komando ini perlu didukung dengan fasilitas dan sarana yang lebih memadai dan operasional satuan ini diperlukan dalam lingkup yang lebih luas oleh Angkatan Darat, maka Kesko TT. III/Siliwangi beralih kedudukan langsung dibawah komando KSAD bukan dibawah Teritorium lagi dan pada bulan Januari tahun 1953 berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Pada tanggal 29 September 1953 KSAD mengeluarkan Surat Keputusan tentang pengesahan pemakaian baret sebagai tutup kepala prajurit yang lulus pelatihan Komando.

Latihan lanjutan Komando dengan materi Pendaratan Laut (Latihan Selundup) baru bisa dilakukan pada tahun 1954 di Pantai Cilacap Jawa Tengah.

Pada tanggal 25 Juli 1955 KKAD berubah namanya menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Yang menjadi komandan adalah Mayor Mochammad Idjon Djanbi.

Untuk meningkatkan kemampuan prajuritnya, tahun 1956 RPKAD menyelenggarakan pelatihan penerjunan yang pertama kalinya di Bandung. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, maka Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi menginginkan agar prajurit RPKAD memiliki kemampuan sebagai penerjun sehingga dapat digerakkan ke medan operasi dengan menggunakan pesawat terbang dan diterjunkan di sana. Lulusan pelatihan ini meraih kualifikasi sebagai penerjun militer dan berhak menyadang Wing Para.

Tahun 1956, Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi mengajukan permohonan untuk berhenti dengan hormat dari dinas. Selanjutnya digantikan oleh Mayor Infanteri R.E. Djaelani.

Selanjutnya pada tahun 1959 kepanjangan RPKAD berganti menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat dan dilakukan pemisahan unsur tempur serta unsur pendidikannya. Unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta. Sedangkan unsur pendidikan Para Komando tetap berada di Batujajar, Bandung.

Perubahan nama terjadi lagi di tahun 1966, RPKAD menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama ini hanya bertahan lima tahun saja, tahun 1971 Puspassus AD berganti nama menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Dengan adanya pengembangan dan reorganisasi, tahun 1986 Kopassandha berubah nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang.


sumber : http://mandariyanto.blogspot.com/2011/06/sejarah-kopassus.html