Add caption |
Sejarah adalah kebajikan. Ia adalah ilmu yang menjadi pangkal untuk memahami seluruh kehidupan manusia beserta peradaban yang sebenarnya. Belajarlah dari sejarah karena ia adalah guru yang akan membawa manusia kepada kearifan.
Sebuah pandangan yang diyakini oleh Prof Dr Djoko Suryo setelah pergulatannya selama puluhan tahun sebagai sejarawan. Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini mengatakan, begitu banyak nilai-nilai dan pelajaran yang bisa ditarik dari perjalanan kehidupan manusia dalam sejarahnya.
"Kalau orang mempelajari sejarah, berarti ia sedang mempelajari manusia dari segala dimensinya. Manusia yang sebenarnya itu lahir, hidup, berkembang, dan menghadapi perjalanan hidup, mengalami tantangan, dan bisa mencapai keberhasilan, tetapi juga bisa mengalami kegagalan. Dari situlah seluruh pelajaran hidup tersimpan," papar pria kelahiran 30 Desember 1939 ini, Selasa (21/3), di Yogyakarta.
Pelajaran sejarah itu akan bisa ditarik makna dan nilainya sesuai apa yang manusia inginkan. Banyak hal yang bisa dipetik dari contoh- contoh pengalaman-pengalaman masyarakat masa lampau. Dari peperangan, bencana, ataupun perusakan lingkungan hingga mengakibatkan hancurnya peradaban masa lampau.
"Kita bisa memilih mana yang patut kita lakukan dan ditinggalkan karena tidak perlu ditiru. Dan juga, kita bisa melihat apa yang dilakukan masyarakat sekarang dan bagaimana berusaha melahirkan masyarakat masa depan, masyarakat seperti apa yang akan kita ciptakan. Sejarah mengajarkan proses kehidupan manusia dalam tiga dimensi-masa lalu, masa sekarang, dan melihat sejarah masa depan dari sejarah masa lalu," ujarnya.
Sayangnya, kini orang cenderung melihat masa kini dan melupakan sejarah, bahkan dari sejarah pribadinya. Orang pun menjadi tidak berpikir akan sejarah masa depan.
"Orang kini digoda oleh kekinian saja. Apa yang sekarang sedang tren. Mereka menjadi terbius, sehingga yang masa depan tidak terpikirkan. Akibatnya, orang merencanakan sesuatu hanya seadanya saja," katanya.
Sejarah kehidupan tersingkirkan. Manusia masa kini, menurut Djoko, cenderung kesulitan bahkan tidak bisa lagi merenung karena cepatnya perubahan zaman yang serba pragmatis. Anak-anak muda pun tidak sempat lagi merekam, merenungkan, dan merefleksikan apa yang sudah terjadi, sehingga orang cenderung cepat saja melupakan yang sudah terjadi.
"Peristiwa cepat lewat dan tergantikan peristiwa baru sehingga tidak sempat melihat apa yang sudah terjadi. Situasi itu mengakibatkan kita pun tidak mampu melahirkan pengetahuan dan pemahaman dari masa lampau. Akhirnya, kita tidak bisa belajar dari sejarah," tutur Djoko.
Di sinilah, bidang ilmu-ilmu humaniora atau ilmu tentang kemanusiaan memiliki perannya. Humaniora mempelajari manusia menghadapi perubahan dalam setiap bentuknya, lambat atau cepat.
"Ilmu humaniora itu penting dipelajari, di samping mempelajari ilmu yang canggih-canggih. Ilmu science itu kan muncul dari basis peradaban dan basis kebudayaan. Basisnya dulu adalah humaniora dan melalui itulah manusia memiliki kemampuan berpikir, berkreasi, bercita-cita, dan berimajinasi, maka tumbuh penciptaan. Oleh karena itulah, humaniora tetap memegang peranan penting," ujar Djoko.
Kini, lanjut Djoko, generasi muda kurang memiliki ruang dan kesempatan untuk berimajinasi. Yang ada hanya ingin serba cepat tanpa proses. Akhirnya, hanya menjadi pemakai dan pengekor teknologi. "Sejarah muncul dari penciptaan-penciptaan," ucap Djoko. Untuk itulah, ruang untuk menjadi kreatif itu yang perlu dibangun, ruang untuk berimajinasi. Sebuah ruang yang banyak dimiliki masa lampau yang dibangun melalui ilmu humaniora. Sejarah telah mengajarkan, maka belajarlah dari sejarah.