Sejarah
Nishikigoi adalah nama jepangnya untuk Koi, yang mulai dikembangkan di jepang 200 tahun yang lalu. Awalnya petani beras di Jepang melihat bahwa beberapa ikan di sawahnya memiliki warna yang cemerlang, lalu diambil dan dipeliharanya.
Pada tahun 1914, ketika Niigata Koi memamerkan dalam suatu expo, mulailah terjadi demam memelihara koi di seluruh Jepang. Hobi memelihara Koi tersebar keseluruh penjuru dunia setelah kantong plastic dan sarana transport sudah memadai untuk pengiriman ikan dengan selamat.
Memelihara Koi adalah hobi yang menyenangkan dan diyakini dapat mengurangi tingkat stress. Koi adalah ikan yang pintar dan bisa diajarkan untuk makan dari tangan anda. Namun kadang seperti ikan rakus yang akan memakan apa saja yang anda lemparkan ke kolam.
Koi juga bisa mendengar dan akan merespon suara-suara, terutama suara dari pemiliknya.
Penghargaan terhadap nilai Koi berkembang dengan pesat. Koi kecil lebih mudah mati, namun untuk memelihara Koi sampai ukuran 70cm adalah juga latihan yang cukup mahal.
Memelihara Koi dapat menjadi suatu obsesi, karena warna, penampilan fisik dan nilainya yang mengesankan, dapat menjadi obsesi tersendiri untuk mendapatkan Koi cantik yang lebih bagus dan lebih bagus lagi.
Umumnya Koi mencapai ukuran 50% dari panjang ukuran Koi dewasa dalam 24 bulan, biasanya pertumbuhannya tergantung dari besarnya kolam. Juga factor lain seperti kualitas air, oksigen, filtering, dan makanan. Garis keturunan Koi juga sangat berpengaruh erat dengan kualitasnya.
Rata-rata Koi bisa hidup antara 20-30 tahun.
Koi adalah ikan yang hidupnya berkelompok. Koi suka perhatian dari manusia dan sebenarnya mahluk yang punya rasa ingin tahu yang luar biasa.
Keberadaan koi melewati proses panjang. Pada awalnya para peternak menghasilkan koi yang hanya mempunyai satu macam warna, yang hitam disebut karasugoi dan sumigoi, putih (shiromuji), kuning (kigoi), merah (benigoi, higoi, akagoi), keemasan (kingoi), dan putih keperakan (gingoi). Dari koi warna polos inilah lantas muncul koi dengan dua warna; koi dengan tiga warna, dan koi ’orak-arik’ dengan berbagai warna atau populer dengan multi warna.
Koi dengan dua warna yang cukup digemari misalnya saja Kohaku yaitu koi yang mempunyai badan berwarna dasar putih dengan bercak merah di atas warna dasarnya. Bercak warna merah ini bisa bervariasi Jetaknya. Namun pesona yang ditimbulkannya lebih menonjol dibandingkan koi yang hanya mempunyai satu warna. Koi dua warna lainnya yang cukup diminati misalnya saja Shiro bekko yaitu koi yang dasarnya putih dengan belang berwarna hitam. Kemudian Shiro utsuri, yang merupakan kebalikan dari Shiro bekko, karena dasar badan-nya berwarna hitam dengan belang berwarna putih. Koi Hi utsuri mempunyai badan berwarna dasar hitam dengan belang berwarna merah, merupakan kebalikan dari Aka bekko yang mempunyai badan berwarna dasar merah dengan belang berwarna hitam.
Selain koi dengan dua warna, koi dengan tiga warna pun banyak digandrungi. Adapun yang ba-nyak dilirik para hobiis di antaranya Taisho-sanke. Taisho-sanke mempunyai perpaduan yang khas, karena badannya yang berwarna dasar putih dihiasi dengan bercak-bercak berwarna merah dan hitam yang sangat kontras. Sebaliknya Showa-sanke pun banyak juga peminatnya karena warna dasar badannya yang hitam itu sungguh indah ketika warna putih dan merah turut melumuri sekujur badannya, sehingga lengkaplah sebagai koi tiga warna yang menghiasi kolam taman kita.
Contoh dari koi multi warna misalnya Goshiki yang mempunyai lima unsur warna yang sangat me-mikat. Selain koi yang sudah disebutkan di atas, ada juga yang digandrungi, misalnya Aka hijiro yang hanya siripnya saja berwarna putih sedangkan sekujur badannya berwarna merah darah. Kemudian ada lagi Ogon yang warnanya kuning keemasan, Hi-showa yang warna dasarnya hitam dengan kombinasi warna merah yang sangat kontras dan dileng-kapi dengan beberapa bagian yang berwarna putih. Ada juga koi yang warna punggungnya biru, tapi perutnya berwarna merah yang dikenal secara populer dengan nama Asagi. Ada juga yang mirip Asagi, tapi perutnya tidak bersisik, hanya bagian punggung saja yang bersisik.
Konon ada jenis Kohaku (warna dasar putih dengan bercak merah) yang sangat terkenal, karena kombinasi warnanya yang unik. Koi yang populer sebagai Tancho-kohaku mempunyai bercak lebar berwarna merah hanya pada kepalanya, sedangkan sekujur badannya berwarna putih. Tentu saja ini unik dan menarik minat hobiis sehingga harganya mahal. karena kombinasi warna ini sangat miripatau mengingatkan kita pada bendera Dai-Nippon. Ada juga yang agak mirip dengan itu, tapi pada punggungnya terdapat bintik-bintik hitam, yang di-kenal dengan nama Tancho-sanke.
Bagaimana dengan koi lokal kita? Agaknya koi lokal kita tidak kalah beragamnya dibandingkan dengan ragam warna koi jepang. Hanya saja meng-harapkan koi lokal semenarik koi jepang memang butuh waktu yang masih lama. Standar penilaian koi jepang rasanya memang masih jauh Jika hendak dipakai untuk menilai koi lokal. Namun demikian kita Jangan berkecil hati dengan warna-warni koi lokal yang belum "sepekat" koi jepang, karena ada beberapa keunggulan koi lokal yang patut dibangga-kan. Koi lokal dengan segala keterbatasannya masih pantas dipajang di kolam taman, asalkan bentuk badannya sehat, bulat penampang depannya, dan tidak cacat fisiknya. Kita boleh berharap bahwa koi yang asli Indonesia ini lebih akrab dengan lingkungan hidup alamnya, entah itu airnya atau kan-dungan bahan organik. Yang jelas kita tidak perlu khawatir dengan luntumya warna koi seperti yang sering menjadi momok bagi pemilik koi impor. Koi lokal relatif mau menerima berbagai jenis makanan selain pellet, sekali lagi, tanpa efek sampingan, yang jelas "tabu" bagi koi impor.
sumber:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5649515