Penyerangan Demak ke Majapahit diawali dari dikuasainya Majapahit oleh Girindrawardhana yang tidak memiliki hak. Bahkan lebih berhak Raden Patah yang menjadi raja karena beliau adalah anak dari Brawijaya. Oleh karena itu Raden Patah yang menghimpun kekuatan dan menyerang Majapahit dan menguasai daerah kekuasaan Majapahit. Namun pusat kerajaan Majapahit yang diserang pada tahun 1478 masehi tidak dibumi hanguskan dan tidak dirusak. Kerajaan Demak merdeka dan berdiri sendiri. Majapahit diangkat sebagi daerah bawahan dari Demak dan dibiarkan berkembang. Dari segi ekonomi, Demak mampu menjadi negara maritim. Lokasi kerajaan Demak yang strategis mengakibatkan Demak cepat berkembang dalam segi ekonomi. Letak Demak di tepi laut dan dibelakangnya terbentang tanah pertanian yang sangat subur dengan hutan jati yang sangat lebat.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan.
Pada tahun 1521 Adipati Unus mangkat mendadak, hal ini membuat Demak tergoyahkan, siapakah yang menjadi pengganti dari Raden Patah jika Adipati Unus meninggal. Anak dari Raden Patah sendiri ada 4 orang menurut serat kanda. Adipati Unus dan Trenggana anak dari istri yang tertua berasal dari giri, kanduruhan lahir dari istri kedua, sedangkan istri ketiga melahirkan Kikin. Raden Kanduruhan mempunyai usia yang lebih tua dari Trenggana. Hal ini menjadi pemicu terjadinya perang saudara di Demak. Melihat keadaan ini, Girindrawardhana menyikapinya dengan baik. Hal ini menjadi kesempatan bagi Majapahit untuk menjadi penguasa. Tetapi sebelum itu, Majapahit yang terdengar sudah tidak enak lagi di telinga, maka Sultan Trenggana mengirimkan sunan gunung jati untuk menyerang Majapahit pada tahun 1527. Pada tahun itu juga Girindrawardhana tewas dan bupati Majapahit tidak lagi ada. Dan akhirnya Majapahit musnah.
A. PERANG SAUDARA DI DEMAK
Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.
Dinasti jin bun di Demak berakhir 1546, hanya bertahan selama 68 tahun sejak berdirinya. Pada tahun ini juga berdirilah kesultanan pajang, disebelah barat kota Surakarta sekarang. Perang saudara yang telah mengahiri kekuasaan kasultanan Demak di pulau Jawa. Dengan ini kasultanan dilanjutkan oleh Jaka Tingkir yang mampu menghandle semua kerusuhan yang terjadi di Demak dan memindahkan pusat kekuasaan di Pajang.