Kamis, 31 Maret 2011

Teori dan Metodologi Sejarah Sosial Ekonomi

Sejarah sosial merupakan kajian sejarah tentang masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat, yang mencoba untuk melihat bukti-bukti sejarah dari sudut pandang mengembangkan tren sosial. Sedangkan sejarah ekonomi secara garis besar mempunyai pengertian sebagai kegiatan dan keadaan perekonomian suatu masyarakat pada masa lampau. Secara singkat sejarah ekonomi mempelajari manusia sebagai pencari dan pembelanja. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi. Sehingga sejarah sosial dan sejarah ekonomi menjadi semacam dua pembelajaran sejarah yang disatukan menjadi sejarah sosial ekonomi.


A. TEORI DAN METODOLOGI
Teori adalah bahasan mengenai penyusunan konsep-konsep dan model-model dan pembuatan explanasi-explanasi umum tatapi rinci mengenai tipe peristiwa-peristiwa dan proses-proses tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab dari peristiwa-peristiwa dan proses-proses sebenarnya. Metodologi membahas kerangka-kerangka pemikiran tentang konsep-konsep, kategori-kategori, model-model, hipotesis, dan prosedur-prosedur umum yang dipakai dalam penyusunan teori dan testing.

Metodologi sejarah atau pendekatan sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as written). Sejarah sosial-ekonomi merupakan salah satu metodologi dalam peneliatian sejarah. Melalui pendekatan sejarah sosial-ekonomi, dimungkinkan ilmu sejarah memperoleh pemahaman yang lebih utuh mengenai makna-makna peristiwa sejarah.

Dalam membahas masalah tanam paksa yang pernah diterapkan oleh belanda di Indonesia, seorang sejarhwan harus bisa mengkajinya dari aspek ekonominya, khusunya andil tanam paksa bagi pemulihan perekonomian Belanda pasca bubarnya VOC dan dari pendekatan sosial mengenai keadaan masyarakat Indonesia saat terjadinya tanam paksa. Dengan begitu, pembahasan dari tanam paksa akan memperoleh gambaran yang utuh.

Metodologi dalam studi sejarah menuntut penyesuaian yang akan terwujud sebagai perbaikan kerangka konseptual dan teoretis sebagai alat analitis. Hal ini dapat dilakukan dengan meminjam berbagai alat analitis dari ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, politikologi, dan lain-lain. Ilmu sejarah bersifat empiris, oleh karena itu sangat penting untuk berpangkal pada fakta-fakta yang tersaring dari sumber sejarah, sedangkan teori dan konsep hanya merupakan alat-alat untuk mempermudah analisis dan sintesis sejarah. Sejarah sosial banyak mengkaji tentang masyarakat secara total atau global.

Tema-tema seperti sejarah sebuah kelas sosial, terutama sejarah kaum buruh menjadi tema yang penting dalam sejarah sosial. Tema lain yang dapat digarap oleh sejarah sosial ialah tentang peristiwa-peristiwa sejarah. Tulisan-tulisan Mousnier tentang pemberontakan petani adalah salah satu contohnya. Demikian juga tulisan Sartono Kartodirdjo yang berjudul Peasants’ Revolt of Banten in 1888 barangkali merupakan sejarah sosial pertama yang ditulis dalam historiografi Indonesia. Sejarah sosial juga dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan kajian. Tema seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas dapat menjadi sebuah sejarah. Demikian juga sebaliknya kesalehan, kekesatriaan, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi dan sebagainya.

Demikianlah misalnya karya Peter Laslett, Family Life and The Illicit Love in Earlier Generation yang mengungkap mengenai lahirnya anak-anak haram pada masyarakat Inggris pada zaman Victorian yang terkenal dengan ketertiban moralnya. Sejarah ekonomi adalalah sejarah yang mempelajari manusia sebagai pencari dan pembelanja. Jadi sejarah ekonomi bukanlah interpretasi ekonomis terhadap sejarah, yang termasuk dalam sejarah pada umumnya. Sejarah ekonomi haruslah spesifik, sejarah dari satuan yang kongkret dan khusus. Sejarah ekonomi pada umumnya terutama dalam konteks ekonomi industrial. Selain itu juga mengenai sejarah ekonomi pedesaan dan ekonomi petani.


B. HAKIKAT FAKTA

1.Definisi
Menurut definisi yang dimaksud dengan fakta adalah :
•Sesuatu yang telah dilakukan.
•Obselet : yang dikerjakan, yang dibuat, penampilan, tindakan,
•Sesuatu yang benar-benar ada (kualitas atau hubungan kenyataan yang mana dinyatakan dalam pengalaman atau barangkali disimpulkan dengan pasti, khususnya suatu kejadian dalam waktu dan tempat).
•Suatu penegasan, pernyataan, atau informasi yang berarti mengandung sesuatu yang mempunyai kenyataan obyektif.

Menurut The New Lexicon, fakta ialah “sesuatu yang diketahui benarnya, suatu pernyataan tentang sesuatu yang telah terjadi”. Tentu saja tidak semua arti definisi di atas relevan. Umumnya fakta-fakta erat hubungannya dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, kapan, dan dimana.


2.Arti fakta bagi para sejarawan
Sesungguhnya pengertian tentang fakta itu tidak sesederhana yang dicontohkan diatas. Diantara pakar-pakar sejarah dan atau filsafat sejarah sendiri terdapat berbagai pendapat atau tafsiran tentang fakta itu. Misalnya dari Patrick Gardiner, E.H. Carr, dan Carl L. Becker.

Patrick Gardiner menunjukkan bahwa fakta-fakta itu berarti : apa yang benar-benar telah terjadi (“invasi Napoleon ke rusia adalah sebuah fakta;” “cerita sejarah ini adalah benar-benar berdasarkan fakta”); evidensi sebagai bukti baru yang mungkin dapat menambah pengetahuan kita tentang revolusi Perancis atau bukti-bukti penting dalam sidang pengadian (“ia telah menemukan suatu fakta baru tentang revolusi perancis”; “sekarang anda memiliki semua fakta untuk perkara itu”): mempertanyakan hakikat kebenaran (truth), misalnya tentang suatu cerita tentang apa yang benar-benar terjadi pada suatu ketika tertentu atau tafsiaran seseorang tentang fakta fakta (“apakah anda yakin tentang fakta-fakta anda?” : ” jadi itulah tafsiran anda tentang fakta-fakta! ” ) ; kunci atau petunjuk (plus cluess) bagi seseorang detektif yang sedang melakukan penyelidikan (misalnya berupa bekas darah, abu rokok di asbak disebut) (Gardiner, 1961: 73 - 74)

Menurut E. H. Carr, sejarahwan memperoleh fakta fakta itu dari dokumen, inskripsi, dan dari ilmu-ilmu bantu sejarah lain nya seperti arkeologi, epigrepi, nomismadik, kronologi (Carr, 1985: 9, 11). Meskipun para sejarawan sepakat untuk sejumlah fakta-fakta dasar tertentu, tetapi adalah sejarawan sendiri sebenarnya yang melakukan seleksi terhadap apa yang dapat dijadikannya fakta itu.

Hubungan antara sejarahwan dengan fakta-fakta itu setaraf atau menurut istilah Carr sendiri “memberi dan menerima” (Carr, 1985: 29) mengenai fakta dan penafsiran (interpretasi), sejarahwan terlibat terus menerus dalam suatu proses mengolah fakta-fakta nya dalam interpretasi nya atau interpretasi dalam hubungan dengan fakta-fakta nya. Hubungan timbal balik antara sejarahwan dengan fakta-faktanya itu ibarat hubungan antara masa sekarang dan masa lalu.


C. HAKIKAT KONSEP
Pengertian konsep didefinisikan kamus Webster’s sebagai sesuatu yang dibentuk dalam pikiran, ide, pendapat seperti sebuah filsafat yaitu suatu ide umum atau abstrak sebuah opini universal.

1.Hasil dari suatu kegiatan mental membuat generalisasi
2.Konstruksi teoritis, logika yaitu suatu ide yang mencakup atribut-atribut etensial dari suatu kelas atau setesis-setesis logis, suatu istilah universal atau pernyataan.

Berbeda dengan fakta, konsep-konsep pada hakikatnya adalah definisi konsep-konsep mengandung karakteristik yang umum dari suatu kelompok pengalaman. Tidak seperti fakta-fakta yang merujuk kepada suatu objek peristiwa atau indipidu tunggal maka konsep-konsep mengandung beberapa hal yang umum dari sejumlah objek, peristiwa, atau individu-individu (fraenkel, 1980: 58)


D. JENIS-JENIS KONSEP
Fraenkel mengklasifikasi jenis-jenis konsep atas konjungtif, disjungtif, relational, deskriftif, dan valuatif.

1.Konsep konjungtif
Bersifat menghubungkan dapat didefinisikan oleh keberadaan dua atau lebih atribut yang semuanya harus ada (fraenkel: 58. ). konsep suami misalnya, ia harus laki-laki menikah dengan sah dan mempunyai istri.

2.Konsep disjungtif
Biasanya sebagai alternatif, yang ini atau yang itu konsep arsip atributnya dapat berupa gedung tempat penyimpanan dokumen dokumen dan catatan-catatan.

3.Konsep relasional
Mengandung suatu hubungan khusus atau antara dua atribut atau lebih dan dinyatakan secara numerik (angka) sebagai suatu rasio atau suatu produk.

4.Konsep deskriptif
Terdapat sejumlah konsep yang pada dasar nya netral, dalam arti gambaran atau bayangan (image) yang terkandung dalam nya hanyalah memerikan karakteristik-karakteristik tertentu dari benda-benda atau hal-hal yang mempunyai persamaan, tanpa menyarankan prefensi kepada karakteristik-karakteristik yang di katagorikan.

5.Konsep valuatif
Konsep-konsep seperti baik, buruk, benar, salah, cantik, jelek misalnya, mengandung suatu evaluasi yang memberi kesan setuju atau tidak setuju, suatu perasaan positif atau negatif.

6.Campuran antara konsep deskriptif dan konsep evaluatif paling banyak di temui.
Konsep-konsep ini tidak hanya memerikan karakteristik-karakteristik yang di miliki bersama, tapi juga memuat suatu sikap dan perasaan terhadap ciri-ciri itu. Sebagai contoh misal nya konsap kekerasan pembunuh, sadis; konsepisme seperti komunisme, dan demokrasi (Fraenkel, 1980: 59) acapkali karena pengalaman sejarah yang berbeda-beda, sikap Negara-negara atau bangsa-bangsa terhadap konsep-konsep tertentu tidak sama sehingga ada yang bersikap positif, negative, atau netral.


E. ATRIBUT KONSEP
Pakar pendidikan Jerome kagan sebagaimana yang dikutip oleh Fraenkel menyarankan ada empat sifat (kualitas) penting yang dapat diterapkan pada semua konsep, tanpa memperhatikan arti dan karakteristik-karakteristik yang sama yang dikandung oleh konsep-konsep itu. Konsep itu adalah tingkat abstraksi, kompleksitas, diferensiasi, dan sentralisasi dari dimensi-dimensinya.

1.Tingkat abstraksi.
Konsep-konsep itu beragam dalam arti keabstrakan dari karakteristik-karakteristiknya. Maka konsep ini terbagi menjadi dua, yaitu abstraksi yang bertingkat rendah dan abstraksi yang bertingkat lebih tinggi.

2.Kompleksitas.
Jumlah atribut yang diperlukan untuk mendefinisikan konsep-konsep itu turut membedakan tingkat kesederhanaan dan kerumitan konsep-konsep. Semakin banyak data atribut yang dipakai, semakin dianggap kompleks konsep itu.

3.Diferensiasi.
Konsep-konsep juga berbeda dalam tingkat kemempuannya sebagai pembeda. Ada sejumlah konsep yang mempunyai karakteristik dasar umum yang sama yang diwakili konsep-konsep tersebut. Konsep-konsep ini dapat juga menerima bentuk-bentuk ragam lain yang sedikit berbeda dari ide yang dikandung oleh konsep itu tetapi hubungannya tetap ada.

4.Sentralitas dari dimensi-dimensi.
Arti dari beberapa konsep diambil dari satu atau dua kata kunci atau atribut-atribut terpenting yang menunjukkan kepada bentuk-bentuk sentral dari ide yang dikandung oleh konsep itu. Misalnya konsep mobilitas sosial artinya gerak orang-orang dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial yang lain. Dikenal konsep mobilitas vertikal yaitu perubahan dalam status sosial dan konsep horizontal yaitu perubahan dalam afiliasi politik atau agama.


F. PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN DALAM SEJARAH SOSIAL EKONOMI
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam sejarah sosial ekonomi memanfaatkan teori dan konsep ilmu-ilmu sosial. Dengan penggunaan ilmu-ilmu sosial, sejarawan mempunyai kemampuan menerangkan yang lebih jelas, sekalipun kadang-kadang harus terikat pada model teoritisnya. Keterkaitan ini dapat mempunyai akibat pada rekonstruksi yang tidak lengkap, sebab harus menuruti logika dan seleksi sebuah model eksplisit.

Peranan ilmu sosial dalam penyeleksian data dan fakta, terutama teori-teori dan konsep-konsepnya sangat penting. Kedua jenis alat analitis itu memudahkan kita mengatur seluruh substansi penulisan naratif dengan segala unsur-unsurnya seperti fakta, subfakta, struktur dan proses, faktor-faktor, dan lain lain. Tanpa kerangka teoritis dan konseptual tidak ada butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi dan argumentasi.

Yang penting dari implikasi metodologis ini ialah bahwa pengungkapan dimensi-dimensi memerlukan pendekatan yang lebih kompleks yakni pendekatan multidimensional. Sejarawan yang akan menerapkan metodologi ini perlu menguasai berbagai alat analitis yang dipinjam dari ilmu sosial.


G. PENDEKATAN (APPROACH)
Sebagai permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah dapat disebut masalah pendekatan. Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan. Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang dipakai. Pendekatan sosiologi misalnya meneropong segi-segi sosial. Pendekatan antropologis mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku sejarah, status dan gaya hidup. Pendekatan politikologis menyoroti strruktur kekuasaan, jenis kepemimpinan. Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan. Suatu seleksi akan dipermudah dengan adanya konsep-konsep yang berfungsi sebagai kriteria.

Sejarah bersifat empiris, maka sangat primer pentingnya untuk berpangkal pada fakta-fakta yang tersaring dari sumber sejarah, sedang teori dan konsep hanya merupakan alat-alat untuk mempermudah analaisis dan sintesis sejarah. apabila filsafat disini diartikan berpikir berpikir tentang pikiran kita maka setiap metodologi adalah filsafat karena dalam menerapkan metodologi, kita terus menerus mengecek semua langkah dalam pekerjaan dan pemikiran kita.

1. Pendekatan Sistem dan Perspektif Historis
Pendekatan sistem memusatkan perhatian pada kesatuan yang mencakup unsur-unsur serta hubungan pengaruh-mempengaruhi. Ditangkapnya proses interaksi antara unsure terjadi suatu waktu dan dalam situasi tertentu. Dapat dikatan bahwa disini ada pengambilan situasi menurut momentum tertentu, maka dengan sendirinya orang mengabaikan kenyataan bahwa situasi dewasa ini atau pada saat dikaji itu tidak lain merupakan hasil perkembangannya di masa lampau. Pelacakan bagaimana terjadinya atau jalannya perkembangan di masa lampau dilakukan dengan pendekatan diakronisnya atau mirip dengan “penampang bujur” pada suatu pohon. Dengan demikian akan tampak bahwa situasi sekarang adalah hasil atau produk dari pertumbuhan atau perkembangan sejarah.

-Definisi sejarah
Sejak umat manusia mempunyai kemampuan berbahasa banyak karangan-karangan tentang pengalamannya dituangkan dalam bahasa untuk dapat diketahui pihak lain dan khususnya generasi muda. Tradisi lisan adalah media utama untuk meneruskan pengalaman individu dan kolektif. Baru setelah peradaban suatu bangsa mengenai tulisan, tradisi tersebut dapat dibakukan. Tradisi, lembaga-lembaga tradisional, dan sejarah berfungsi untuk menyimpan dan meneruskan pengalaman kolektif dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dengan demikian, melaksanakan proses pembudayaan, sosialisasi, atau pendidikan secara kontinu. Dari penjelasan diatas maka sejarah dapat didefinisikan sebagai pelbagai bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lampau.

2. Pendekatan Multidimensional
Pendekatan multidimensional yaitu dengan menggunakan konsep-konsep dari disiplin sendiri. Pendekatan sosiologis, umpamanya melihat suatu gejala dari aspek-aspek sosial yang semuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia.dengan bantuan konsep-konsep sosiologi lebih mudah melakukan penyaringan sicifact mana yang perlu diekstrapolasikan. Dengan demikian, secara menyeluruh dimensi sosial gejala sejarah terungkapkan.

3. Pendekatan Ilmu Sosial

a. Ilmu-ilmu Sosial
Dipandang dari titik pendirian sejarah konvensional perubahan metodologi tersebut sangat revolusioner. Dengan metodologi baru itu ilmu sejarah tergeser kea rah ilmu sosial dan dengan sendirinya ke arah ilmu alam. ini tidak berarti bahwa ilmu sejarah terus mencoba menyusun hukum-hukum atau dalil-dalil sejarah. Posisi sejarah yang dibuat kaum neo-Kantian adalah bahwa dalam sistem besar terdapat 4 komponen, ialah kultur, biologi, ekologi, dan Personality (pribadi) yang dengan fungsinya bersama-bersama mendukung fungsi umum. Disini diperlukan pendekatan interdisipliner untuk menganalisis terjalinnya fungsi berbagai komponen itu.

Dalam system kecil terdapat 3 unsur ialah economy, society, dan polity, sedang sistem itu sendiri merangkum kultur sebagai sistem ketiga komponen itu pada hakikatnya sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Disini terdapat keuntungan pendekatan ilmu sosial, ialah menyoroti multiperspektivitas atau multidimensionalitas. Seballiknya bentuk naratif hanya mampu memberi gambaran datar sehingga mudah terjebak dalam determinisme.

b. Sejarah Struktural
Pada umumnya segi prosesual yang menjadi fokus perhatian sejarawan dengan pendekatan ilmu sosial dapatlah digarap aspek strukturalnya. Selanjutnya dipahami bahwa banyak aspek prosesual yang hanya dapat dimengerti apabila dikaitkan dengan aspek strukturalnya, bahkan dapat dikatakan pula bahwa proses hanya dapat berjalan dalam kerangka struktural. Perlu ditambahkan disini bahwa bagaimanapun menariknya sejarah structural, tetapi sejarah bukan sejarah apabila tidak memuat cerita tentang bagaiman terjadinya. Maka campuran antara prosesual dan structural adalah yang paling memadai.

c. Perbedaan antara Ilmu Eksakta (alam) dan Ilmu Kemanusiaan (Humaniora)
Pada akhir abad ke-19di Jerman timbul reaksi dari golongan yang terkenal sebagai akum neo-Kantianis yang dipelopori oleh oleh Rickert, Windelband, dan Dilthey. Mereka berpendapat bahwa dalam ilmu ada dikhotomi, yaitu ilmu alam dan ilmu kemanusiaan. Kalau dalam ilmu alam ada penemuan dan perumusan dalil atau hukum sehingga dengan alat Bantu itu dapat dibuat proyeksi ke masa depan, maka dalam ilmu kemanusiaan tujuan utamanya ialah membuat gambaran kejadian-kejadian dalam keunikan secara rinci. Oleh karena perbedaan tugas itu maka ilmu alam mampu membuat generalisasi, sedang ilmu kemanusiaan justru memperthatikan yang khusus.

Kedudukan ilmu sosial mengambil tempat di tengahnya. Ternyata pengkajian tentang tindakan dan kelakuan manusia menunjukkan perhatian kepada keteraturan atau keajekan. Jelaslah bahwa ilmu sosial lebih dekat pada ilmu alam daripada ilmu kemanusiaan. Rapproachemen (proses saling mendekati)antara ilmu sosial dan sejarah terutama terwujud pada perubahan metodologi. Pembaharuan metodologi tahap pertama terjadi karena pengaruh ilmu diplomatic sejak Mabillon, sedangkan yang tahap kedua terjadi karena pengaruh ilmu sosial. Implikasi besar dari perkembangan itu ialah bahwa setiap penelitian memerlukan kerangka referensi yang bulat, yaitu memuat alat-alat analitis yang akan meningkatkan kemampuan untuk menggarap data. Disini menjadi jelas bahwa pengkajian sejarah memerlukan teori dan metodologi.


Selasa, 29 Maret 2011

Tanah Jawa Tengah Yang Pertama

Tidak bisa dipungkiri bahwa berakhirnya zaman pra sejarah di Indonesia merupakan akibat dari masuknya pengaruh Hindu Budha. Begitu pula yang terjadi di Jawa Tengah. Di tanah Jawa sebenarnya masuknya pengaruh Hindu Budha diketahhui yang paling awal yaitu kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Namun kemudian pusat perkembangan Hindu Budha berpindah ke Jawa Tengah. Pada saat itu di Jawa Tengah ada sebuah kerajaan yaitu kerajaan Kaling. Dari catatan perjalanan I-Tsing, Hwui-ning serta prasati-prasasti yang ditemukan di daerah Jawa Tengah dapat diperopleh informasi bahwa daerah tersebut sudah menjadi pusat peradaban yang cukup maju. Dikabarkan bahwa tanahnya sangat kaya serta rakyatnya hidup makmur dan tentram.

Sesudah zaman Purnawarman pusat agama Hindu berpindah dari tanah pasundan Jawa barat ke tanah Jawa Tengah. Buktinya adalah batu tulis yang terdapat di lereng gunung Merbabu sebelah barat, di desa Dakawu, kawedanan Grabag. Tulisannya menggunakan huruf Palawa, berbahasa Sansekerta dan berangka tahun 500 M. Adapun bunyi huruf-huruf yang masih bisa dibaca yaitu sebagai berikut :

.Usuci amburahanujata
.Kvacic chilavalukanirggateyam
.Kvacit prakirnna subhasitatoya
.Samprastra (e) va ganga


Arti kalimat yang sudah tidak lengkap ini adalah :

"Mata-air yang airnya jernih dan dingin ini ada yang keluar dari batu atau pasir ke tempat yang banyak bunganya tunjung putih, serta mengalir ke sana-sini. Setelah menjadi satu lalu mengalir seperti sungai Gangga”.

jawa tengah
Gambar : Jawa Tengah


Batu tulis ini ini dilengkapi dengan gambar alat-alat upacara keagamaan seperti gigitiga, kendi, kapak kalasangka dan juga ada gambar roda serta bunga tunjung kembang. Dari gambar tersebut tidak diketahui secara pasti agama orang yang membuatnya. Tetepi jelas bahwa ang membuat tulisan dan gambar tersebut bukan orang-orang Hindu yang beragama Budha.

Orang Tiong Hoa menyebut Jawa dengan sebutan Cho p’o, dan Jawa Tengah disebut Kaling. Mengingat nama Kaling yang hampir sama dengan Kalingga, maka diperkirakan bangsa Hindu yang dating ke Jawa Tengah berasal dari Kalingga. Dikatakan bahwa Maharaja Harsa (606-648) M) di Hindustan Utara selalu menyerang kerajaan Kalingga. Kemungkinan hal tersebut menyebabkan banyak orang Hindu datang ke tanah Jawa.

Menurut batu tulis Mahakuta (601) tertulis bahwa sang Kirtawarman 1 (raja negeri Calukya Barat) ketika hidupnya mengalahkan musuhnya yakni raja-raja di negeri Pandya, Dramila, Colya dan Kalingga. Barangkali peperangan ini menyebabkan orang Hindu pindah ke pulau Jawa. Sehingga menambah berkembangnya kebudayaan Hindu, yang pada tahun 600 M masih nampak sedikit.

Selain itu orang Tiong Hoa mengabarkan tentang tempat yang bersamaan waktunya yakni Jawa, Sumatra dan Dwa-pa-tan. Mengenai Dwa-pa-tan dikatakan bahwa letaknya di sebelah timur Kaling (tanah Jawa). Adatnya hampir sama dengan Kaling seperti panen padi setiap bulan, orang-orangnya menulis huruf di atas daun patra (rontal), mayatnya dihias dengan pakaian emas, di dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, lalu dibakar dengan bau-bauan yang harum. Walaupun tidak ada keterangan lain diperkirakan Dwa-pa-tan adalah Bali (orang Tiong Hoa juga menyebutnya P’o Li).

Keadaan Kaling pada saat itu menurut Tiong Hoa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, tempat duduk raja adalah peterana gading, orang-orangnya sudah pandai menulis dan sudah mengenal perbintangan, makan tidak menggunakan sendok tetapi dengan jarinya, dan membuat minuman keras dari air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak). Dikatakan juga bahwa pada tahun 640 M atau 648 M dan 666 M kerajaan Jawa menyuruh utusannya ke negeri Tiongkok. Setelah utusan Jawa yang kedua kali ke negeri Tiongkok dikatakan bahwa Jawa diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Simo (674-675M) yang memerintah dengan sangat tegas. Pemerintahanya terdengar oleh raja Ta-Che, dia menyuruh seseorang meletakkan sebuah kantong berisi dinar(emas) di suatu jalan. Tidak ada seorang pun yang berani menyentuh apalagi mengambilnya sampai pada suatu hari putra mahkota tidak sengaja menyentuh dengan kakinya. Simo menghukum putra mahkota dengan memotong kakinya. Setelah orang Ta-che mendengar begitu keras dan tegasnya pemerintahan Simo mereka pun takut untuk menyerang kerajaan tersebut.

Seorang Tiong Hoa bernama I-Tsing mengatakan bahwa dimasa itu orang-orang Tiong Hoa yang berziarah ke tempat suci agama Budha di Hindustan sempat singgah ke Jawa. Ada juga seorang Tiong-Hoa datang ke Jawa secara tidak sengaja karena kapalnya diserang angin rebut seperti Fa Hien. Ada juga guru Hwui-ning yang datang ke Jawa tahun 664/665 M. Dia tinggal di Jawa selama tiga tahun, lalu disusul oleh orang-orang Tiong-Hoa lain.

I-tsing menceritakan bahwa Jawa merupakan pusat pengetahuan agama Budha melalui riwayat kehidupan guru Hwi-ning. Guru Hwi-ning bekerja sama dengan seorang pendeta Holing(Jawa) bernama Joh-na-po-to-lo, yakni nama sanskerta yang menurut kata Jawa kuno Janabhadra. Bersama Joh-na-po-t’o-lo guru Hwui-ning menerjemahkan suatu kitab agama Budha bagian belakang dari kitab Nirwana. Yang menceritakan tentang pembakaran mayat sang Budha, lalu abu dan tulang-tulangnya dikumpulkan untuk dibuat jimat. Kitab yang diterjemahkan ini berbeda dengan kitab Mahapartinirwana, yakni cerita pembakaran mayat sang Budha menurut agama Budha Mahayana. Sifat kehinayanaan agama Budha zaman dulu di pulau Jawa dijelaskan juga oleh tulisan I-tsing yang lain yang menceritakan bahwa agama Budha yang dipeluk di kepulauan laut selatan (termasuk Jawa) adalah Budha Hinayana, dan hampir semata-mata Hinayana menurut mazhab Mulasarwastiwadi.

Setelah penerjemahan selesai, Hwui-ning memerintah Yun-ki (pendeta Tiong-Hoa yang masih muda) supaya pulang ke negeri Tiongkok membawa cerita yang telah diterjemahkan itu. Kemudian dia kembali ke Jawa lagi untuk mengucapkan terima kasih kepada Joh-na-po-t’o-lo dan untuk mengikuti guru Hwui-ning. Akan tetapi Hwui-ning sudah melanjutkan perjalanan ke barat dan I-Tsing tidak dapat menceritakan kemana Hwui-ning pergi.

Kitab Sudhacarita yakni tentang sang Budha, karangan pendeta sang Aswaghosa yang sangat termasyur di Jawa. Jadi agama Hinayana sudah dikenal umum masyarakat Jawa. Adapun syair Budhacarita sampai sekarang masih ada di Geylon, Birma, Thai, dan Kamboja.

Dari riwayat kehidupan yang tertulis di dalam zaman kerajaan Sung dapat dinyatakan bahwa Janabhadra adalah orang Jawa dan bahwa pengetahuan agama Budha di Jawa dipelajari oleh bangsa Jawa sendiri dan pasti ada orang Jawa yang memperdalam pengetahuannya. Dan juga dikatakan bahwa pentasbihan Yun-ki menjadi pendeta agama Budha adalah Janabhadra. Jadi pendeta yang seperti Janabhadra itu pandai akan bahasa Sansekerta. Tetapi bahasa ini tentu bukan bahasa yang dipakai sehari-hari. Karenanya bukan hal mustahil bila orang-orang Tiong-Hoa yang berziarah itu pandai berbahasa Sanskerta dan bahasa anak-anak negeri yang didatanginya. Jadi bahasa anak-anak negeri, yakni bahasa pendeta yang mengajar itu tentu dipakai untuk mengajar (menerangkankan) di dalam pekerjaan menerjemahkan bahasa kitab Sanskerta kepada bahasa Tiong-Hoa.

Bangsa Tiong Hoa memberi nama bahasa itu sebagai Kw’un-lun selain dipakai untuk menamai kepulauan ini, dipakai juga untuk menamai pulau Kondor, tanah Campa, Kamboja, Birma, Seluruh Tiongkok Selatan, Madagaskar dan pantai Afrika Timur yang berhadapan dengan Madagaskar. Sedangkan menurut cerita tentang para Arhat (pendeta agama Budha yang termulia) bahwa nama Kw’un-lun yang sebelum tahun 22 masehi sudah diterjemahkan ke bahasa Tiong Hoa adalah sebuah gunung di tanah Hindu. Jadi nama Kwu’un-lun dapat dianggap terjemahan nama Malaya, dan bahwa orang-orang Tiong-Hoa yang datang ke tanah-tanah tersebut itu semua berjumpa dengan sesuatu yang bersifat kemelayuan.


Sejarah Pesantren di Indonesia

Pesantren adalah bentuk pendidikan tradisional di Indonesia yang sejarahnya telah mengakar secara berabad-abad. Nurcholis Madjid dalam buku beliau yang berjudul Bilik-Bilik Pesantren (Paramadina-Jakarta, 1997) menyebutkan, bahwa pesantren mengandung makna keislaman sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia. Kata “pesantren” mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren, sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti orang yang mengikuti gurunya kemanapun pergi. Dari sini kita memahami bahwa pesantren setidaknya memiliki tiga unsur yaitu Santri, Kyai, dan Asrama.


A. SEJARAH PESANTREN TEBU IRENG
Pondok Pesantren Tebu ireng didirikan oleh Kyai Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 M. Beliau dilahirkan pada hari Selasa Kliwon tanggal 24 Dzul Qa’dah 1287 H. bertepatan dengan 14 Februari 1871 M. Kelahiran beliau berlangsung di rumah kakeknya, Kyai Utsman, di lingkungan Pondok Pesantren Gedang Jombang. Hasyim kecil tumbuh dibawah asuhan ayah, ibu dan kakeknya di Gedang. Dan seperti lazimnya anak kyai pada saat itu, Hasyim tak puas hanya belajar kepada ayahnya, pada usia 15 tahun ia pergi ke Pondok Pesantren Wonokoyo Pasuruan lalu pindah ke Pondok Pesantren Langitan Tuban dan ke Pondok Pesantren Tenggilis Surabaya. Mendengar bahwa di Madura ada seorang kyai yang masyhur, maka setelah menyelesaikan belajarnya di Pesantren Tenggilis ia berangkat ke Madura untuk belajar pada Kyai Muhammad Kholil. Dan masih banyak lagi tempat Hasyim menimba ilmu pengetahuan agama, hingga ahirnya beliau diambil menantu oleh salah satu gurunya yaitu Kyai Ya’qub, pada usia 21 tahun Hasyim dinikahkan dengan putrinya yang bernama Nafisah pada tahun 1892.

Selanjutnya bersama mertua dan isterinya yang sedang hamil pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sambil menuntut ilmu. Namun musibah seakan menguji ketabahannya, karena tidak lama istrinya tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal. kesedihan itu semakin bertumpuk, lantaran empat puluh hari kemudian buah hatinya, Abdullah, wafat mengikuti ibunya. Selama di Mekkah, Hasyim muda berguru kepada banyak ulama’ besar yaitu Syekh Syuaib bin Abdurrahman, Syekh Muhammad Mahfuzh at-Turmusi dan Syekh Muhammad Minangkabau dan masih banyak lagi ulama’ besar lainnya. Sejak pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka dan bahkan ke tanah suci Mekkah, beliau ingin mengamalkan ilmu yang telah beliau dapatkan.

hasyim asyari
Gambar : KH. Hasyim Asyari


Akhirnya beliau mendirikan pondok pesantren yang diberi nama pondok pesantren Tebu ireng. Pondok pesantren Tebu ireng merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Pondok pesantren Tebu ireng terletak didelapan kilometer selatan kota Jombang, tepatnya berada di tepi jalan raya jurusan Jombang – Kediri. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebu ireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam). Konon, ketika itu ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berkulit kuning (bule atau albino).

Suatu hari, kerbau tersebut menghilang. Setelah dicari kian kemari, menjelang senja baru ditemukan dalam keadaan hampir mati karena terperosok di rawa-rawa yang banyak dihuni lintah. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga kulit kerbau yang semula kuning berubah hitam. Peristiwa mengejutklan ini menyebabkan pemilik kerbau berteriak “kebo ireng …! kebo ireng …!. Sejak itu, dusun tempat ditemukannya kerbau itu dikenal dengan nama “Kebo Ireng”. Namun ada versi lain yang menuturkan bahwa nama Tebu ireng bukan berasal dari kebo ireng seperti cerita di atas, tetapi diambil dari seorang punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut. Namun pada perkembangan selanjutnya, ketika dusun itu mulai ramai, nama Kebo Ireng berubah menjadi Tebu ireng. Tidak diketahui dengan pasti apakah karena itu ada kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun tersebut yang telah banyak mendorong masyarakat untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula, yang mungkin tebu yang ditanam berwarna hitam, maka pada akhirnya dusun tersebut berubah menjadi Tebu ireng.

Tebu ireng dulu dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran dan semua perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asy’ari bersama beberapa santri yang beliau bawa dari pesantren kakeknya (Gedang) pada tahun 1899 M. secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut mulai berubah semakin baik, semua perilaku negatif masyarakat di Tebuireng terkikis habis dalam masa yang relatif singkat dan santri yang mulanya hanya beberapa orang dalam beberapa bulan saja jumlahnya meningkat menjadi 28 orang. Awal mula kegiatan dakwah Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asy’ari dipusatkan di sebuah bangunan kecil yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu (Jawa: gedek), bekas sebuah warung pelacuran yang luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang beliau beli dari seorang dalang terkenal.

Satu ruang depan untuk kegiatan pengajian, sementara yang belakang sebagai tempat tinggal Kyai Hasyim Asy’ari bersama istri tercinta Ibu Nyai Khodijah.Tentu saja dakwah Kyai Hasyim Asy’ari tidak begitu saja memperoleh sambutan baik dari penduduk setempat. Tantangan demi tantangan yang tidak ringan dari penduduk setempat datang silih berganti, para santri hampir setiap malam selalu mendapat tekanan fisik berupa senjata celurit dan pedang. Kalau tidak waspada, bisa saja diantara santri terluka karena bacokan. Bahkan untuk tidur para santri harus bergerombol menjauh dari dinding bangunan pondok yang hanya terbuat dari bambu itu agar terhindar dari jangkauan tangan kejam para penjahat.

Dan gangguan yang sampai dua setengah tahun lebih itu masih terus saja berlanjut, hingga Kyai Hasyim Asy’ari memutuskan untuk mengirim utusan ke Cirebon guna mencari bantuan berbagai macam ilmu kanuragan kepada 5 kyai yaitu Kyai Saleh Benda, Kyai Abdullah Pangurangan, Kyai Syamsuri Wanatara, Kyai Abdul Jamil Buntet dan Kyai Saleh Benda Kerep. Dari kelima kyai itulah Kyai Hasyim Asy’ari belajar silat selama kurang lebih 8 bulan. Dan sejak itulah semakin mantap keberanian Kyai Hasim Asy’ari untuk melakukan ronda sendirian pada malam hari menjaga keamanan dan ketenteraman para santri. Dengan perjuangan gigih tak kenal menyerah Kyai Hasyim Asy’ari akhirnya berhasil membasmi kejahatan dan kemaksiatan yang telah demikian kentalnya di Tebu ireng. Pesantren tebu ireng mempunyai peranan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia Salah satu bukti terbaiknya adalah pondok pesantren tebu ireng telah melahirkan beberapa tokoh besar seperti mantan presiden RI, Gus Dur.

Keberadaan Pondok Pesantren Tebu ireng semakin mendapat perhatian dari masyarakat luas. Dalam perjalanan sejarahnya, hingga kini Pesantren Tebu ireng telah mengalami 7 kali periode kepemimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng sebagai berikut :
1.Periode I : KH. Muhammad Hasyim Asy’ari : 1899 – 1947
2.periode II : KH. Abdul Wahid Hasyim : 1947 – 1950
3.Periode III : KH. Abdul Karim Hasyim : 1950 – 1951
4.Periode IV : KH. Achmad Baidhawi : 1951 – 1952
5.Periode V : KH. Abdul Kholik Hasyim : 1953 – 1965
6.Periode VI : KH. Muhammad Yusuf Hasyim : 1965 – 2006
7.Periode VII : KH. Salahuddin Wahid : 2006 - sekarang


Pendidikan Masa Kerajaan Islam

Pendidikan adalah cara untuk mewariskan ilmu atau pengetahuan yang dimiliki generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya. Pendidikan sudah ada sejak manusia dilahirkan ke dunia ini karena pendidikan akan selalu dijalani manusia hingga nyawa meregang dari tubuh manusia tersebut. Karena di setiap perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami penambahan ilmu dari pengalaman hidupnya.

Dari zaman ke zaman metode atau cara pendidikan akan selalu berubah-ubah menyesuakinan kebutuhan dan kepentingan dari pengetahuan yang akan di transfer atau di bagi kepada penerus atau orang lain. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Perkembangan Pendidikan pada Masa Pengaruh Islam. Bagai manakah metode perkembangan Pendidikan pada masa Islam yang pada masa itu lebih ditujukan kepada syiar agama Islam.


A.MODEL PENDIDIKAN
Secara umum (khusunya di Jawa) ada dua lembaga yang memegang peranan pemting dalam perkembangan pendidikan yaitu langgar dan pesantren. Karena Islam berprinsip demokrasi maka pengajarannya merupakan pengajaran rakyat. Tujuannya memberikan pengetahuan tentang agama, bukan untuk memberikan pengetahuan umum.

1.Langgar
Pengajaran di langgar merupakan pengajaran agama permulaan. Mula-mula murid mempelajari abjad Arab, kemudian mengeja ayat-ayat Quran pertama dengan irama suara tertentu. Yang menjadi guru adalah orang yang sudah memiliki pengetahuan agama yang agak mendalam. Guru dipandang sebagai orang yang sakti(memiliki kelebihan). Sebagai lembaga sosial langgar memiliki peranan yang penting. Anak-anak rakyat lambat laun menyadari bahwa mereka telah menjadi anggota persekutuan yang besar, yakni persekutuan Islam.

langgar
Gambar : Langgar Gayam di Pamekasan Madura



2.Pesantren
Merupakan lembaga pendidikan kelanjutan dari langgar. Murid-muridnya disebut santri pada umumnya terdiri dari anak-anak yang lebih tua dan telah memiliki pengetahuan dasar yang mereka peroleh di langgar. Para santri, yang biasanya berasal dari berbagai tempat, dikumpulkan dalam suatu ruangan yang disebut pondok (semacam asrama). Berdekatan dengan pondok ada masjid dan rumah guru. Guru lazim disebut k. Ada kalanya guru menerima sumbangan dari para muridnya, berupa uang atau bahan makanan.

pondok pesantren
Gambar : Pondok Pesantren Modern


Mata pelajaran terpanting adalah :
1. Usuludin (pokok-pokok ajaran kepercayaan)
2. Usul Fiqh (alat penggali hukum dari Quran dan Hadits)
3. Fiqh (cabang dari Usuludin)
4. Ilmu Arobiyah (untuk mendalami bahasa Arab)

Di Sumatra Barat tidak ada pemisahan langgar dan pesantren. Sekolah-sekolah agama Islam di sana diberi nama surau. Di surau bukan hanya mempelajari ajaran agama permulaan(dasar) tetapi juga lanjutannya. Sedangkan di Aceh sekolah semacam itu disebut rangkang.


B. ISLAM DI SUMATERA
1.Sejarah Islam di Aceh
Berdasarkan Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang berlangsung di Banda Aceh pada tahun 1978, dinyatakan bahwa kerajaan Islam pertama adalah Perlak, Lamuri, dan Pasai.
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesisasi perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan Islam yang disertai berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih, agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara / kerajaan pada saat itu.

2.Kerajaan Islam di Aceh
•Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-10 M/3 H. Raja pertamanya adalah Al-Malik Ibrahim bin Mahdum; yang kedua bernama Al-Malik al-Shaleh, dan yang terakhir kerajaan Islam pertama di Indonesia (daerah Aceh). Namun ada juga yang menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Perlak, tetapi tidak banyak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung fakta sejarah ini.

•Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Bahkan, ada yang menyatakan lebih dahulu dari Kerajaan Samudera Pasai. Namun, sebagaimana dikemukakan terdahulu, tidak banyak bahan pustaka yang menguatkan pendapat tersebut.
Sultan Mahdun Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai Sultan keenam. Ia terkenal sebagai sultan yang arif bijaksana dan alim, sekaligus seorang ulama.
Di Perlak pun terdapat suatu lembaga pendidikan lainnya berupa majelis taklim tinggi, yang dihadiri khusus oleh para murid yang alim dan mendalam ilmunya. Materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.

•Kerajaan Aceh darussalam (1511 – 1874)
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah 916 H\1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad yang lalu, yang berlandaskan pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan.
Proklamasi Kerajaan Aceh darussalam tersebut merupakan hasil peleburan Kerajaan islam Aceh di belahan barat dan Kerajaan Islam Samudera Pasai di belahan timur. Putra Sultan Abiddin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507 – 1522).
Pada abad ke-15, diberitakan oleh Cong Ho, Marco Polo, dan Ibnu Batutah bahwa di Aceh telah berdiri Kerajaan Lamuri yang tunduk kepada Pidie. Pada mulanya pusat pemerintahan terletak di satu tempat yang dinamakan Kampung ramni dan dipindahkan ke Darul Kamal oleh Sultan Alaudin Inayat Johan Syah (1408 – 1465 M). Sultan Ali Mughayat Syah adalah pembebas Aceh dari kekuasaan Pidie. Dia dapat mengalahkan Sultan Pidie (Sultan Ahmad Syah). Kekuasaan kerajaan ini sampai ke Kerajaan Pasai. Masa keemasan kerajaan ini terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M). Oleh Sultan Iskandar Muda banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).

Dengan melihat banyak para ulama dan pujangga yang datang ke Aceh, serta adanya Perguruan Tinggi, maka dapat dipastikan bahwa kerajaan Aceh menjadi pusat studi Islam. Karena faktor agama Islam merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh pada periode berikutnya. Menurut B.J. Boland, bahwa seorang Aceh adalah seorang Islam.(M.Ibrahim,et.al., 1991: 89)

•Kerajaan Siak
Sultan pertamanya adalah Abdul Jalil Rachmad Syah yang memerintah sebagai Sultan Siak I (1723 – 1746 M). Pada masa Kerajaan Siak II di bawah kekuasaan Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 – 1765 M) adalah zaman panji-panji Islam berkibar di Siak. Islam diperkirakan masuk ke Siak pada abad ke-12 M. Peranan Kerajaan Siak dalam memperlambat proses imperialisme Barat sangat dominan. Begitu pula dalam hal pendidikan, di Siak telah berdiri madrasah-madrasah serta sekolah-sekolah umum.

Demikianlah di antara kerajaan-kerajaan yang berada di Sumatera yang berasaskan Islam. Perlu ditekankan bahwa semua kerajaan tersebut telah mendukung penyiaran pendidikan islam, baik di Sumatera ataupun di luar daerah Sumatera.

santri
Gambar : Para Santri




C.SEJARAH ISLAM DI JAWA

1.Kerajaan Islam di Pulau Jawa
•Kerajaan Demak (1500 – 1550 M)
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah adalah putra Brawijaya V dengan putri dari Campa. Setelah takhta ayahnya jatuh ke tangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha), Demak pun terancam. Akibatnya terjadi peperangan antara Demak dan Majapahit pimpinan Girindra Wardhana dan keturunannya yang bernama Prabu Udara hingga tahun 1518. Kemenangan berada di pihak Demak dan tampil sebagai Kerajaan Islam terbesar di Jawa. Dengan begitu penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam pun bertambah maju

•Kerajaan Mataram Islam (1575 – 1757 M)
Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang (sekitar tahun 1568), tidak menyebabkan perubahan yang berarti pada sistem pendidikan dan pengajaran Islam. Baru kemudian setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram di tahun 1586, tampak beberapa macam perubahan, terutama pada zaman Sultan Agung (tahun 1613). Sesudah mempersatukan hampir seluruh daerah di Jawa dengan Mataram, sejak tahun 1630 Sultan Agung mencurahkan tenaganya untuk membangun negara, seperti mempergiat usaha-usaha pertanian serta memajukan perdagangan dengan luar negeri. Di zaman beliau, aspek kebudayaan, kesenian dan kesusastraan telah mengalami kemajuan. Atas kebijaksanaannya pula, kebudayaan Indonesia asli dan agama Hindu dapat disesuaikan dengan agama dan kebudayaan Islam, seperti:
•Grebeg, disesuaikan dengan Hari Raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu dikenal Grebeg Poso (puasa) dan Grebeg Mulud

•Gamelan Sekaten yang hanya dibunyikan pada Grebeg Mulud, atas kehendak Sultan Agung gamelan tersebut dipukul di halaman mesjid besar.

•Karena hitungan tahun Saka (Hindu) yang dipakai di Indonesia dihitung berdasarkan pada perjalanan matahari, maka pada tahun 1633 Masehi, atas perintah Sultan Agung, tahun Saka yang berangka 1555 saka tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan perjalanan bulan (sesuai dengan tahun Hijrah). Tahun tersebut kemudian dikenal dengan tahun Jawa dan masih dipergunakan sampai sekarang.

Selain itu, Sultan Agung memerintahkan di tiap ibukota kabupaten didirikan sebuah masjid besar, sebagai induk dari seluruh masjid dalam kabupaten tersebut dan pada tiap ibukota distrik sebuah mesjid Kawedanan. Begitu pula di desa juga didirikan masjid desa. Masjid besar dikepalai oleh seorang penghulu dan dibantu oleh 40 orang pegawainya. Masjid Kawedanan dipimpin oleh naib, dan dibantu 11 pegawainya. Sedang masjid desa dikepalai oleh modin (kayim, kaum) dengan 4 orang pembantunya. Penghulu adalah kepala urusan penyelenggaraan Islam di seluruh daerah kabupaten. Pegawai penghulu sendiri dibagi menjadi 4 golongan (bendahara, ketib/khatib, modin/muadzin, merbot). Wilayah suatu daerah dibagi atas beberapa bagian sebagai usaha untuk memajukan pendidikan dan pengajaran Islam. Pelaksanaannya di tiap-tiap bagian dipercayakan kepada beberapa orang Ketib dan dibantu oleh beberapa orang modin


D. SEJARAH ISLAM DI MALUKU
Masuknya Islam ke Maluku dibawa oleh mubaligh dari Jawa, sejak zaman Sunan Giri dari Malaka (kurang lebih tahun 1475). Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate, yang bernama Marhum pada tahun 1465 – 1486 M atas pengaruh Maulana Husein, saudagar dari Jawa. Di Maluku ada raja yang terkenal dalam bidang pendidikan dan dakwah Islamnya, yaitu Sultan Zainal Abidin (1486 – 1500 M).


E. SEJARAH ISLAM DI KALIMANTAN
Islam masuk ke Kalimantan pada abad ke-15 M dengan cara damai yang dibawa oleh mubalig dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri mempunyai para santri di Kalimantan Sulawesi, dan Maluku. Gubahan Sunan Giri bernama Kalam Muyang, sedangkan gubahan Sunan Bonang bernama Sumur Serumbung.


F. SEJARAH ISLAM DI SULAWESI
Kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Kembar Gowa – Tallo tahun 1605 M. Rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwaul Islam. Menyusul di belakangnya, Raja Gowa benrama Sultan Aluddin. Dalam waktu dua tahun, seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Mubalig Islam yang berjasa ialah Abdul Qodir Khatib Tunggal yang bergelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri. Seorang Portugis bernama Pinto pada tahun 1544 M menyatakan telah mengunjungi Sulawesi dan berjumpa dengan pedagang-pedagang (mubalig) Islam dari Malaka dan Patani (Thailand).


G. SEJARAH ISLAM DI NUSA TENGGARA
Islam masuk ke Nusa Tenggara seiring dengan penaklukan daerah Bore (1606), Bima (1616, 1618 dan 1628 M), Buton (1626 M) oleh Kerajaan Goa. Dengan ditaklukkannya daerah tersebut, agama Islam tersebar ke daerah taklukannya sampai ke Nusa Tenggara.



Model-model Kajian Sejarah Sosial Ekonomi

Sejarah ekonomi secara garis besar mempunyai pengertian sebagai kegiatan dan keadaan perekonomian suatu masyarakat pada masa lampau. Sdangkan secara spesifik dapat dikatakan, sejarah ekonomi adalah study tentang bagaimana perekonomian berevolusi dari sebuah sudut pandang sejarah. Masalah besar dalam sejarah ekonomi menitik beratkan dalam dua kategori, yaitu keseluruhan pertumbuhan ekonomi sepanjang waktu dan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan itu (kemandekan atau kemerosotan), dan distribusi pendapatan dalam ekonomi tersebut (bagi arah pertumbuhan atau kemunduran).

Perbedaan sifat sejarah ekonomi dibandingkan dengan disiplin ekonomi sendiri adalah bahwa sejarah ekonomi terutama memperhatikan masalah-masalah masa lampau daripada masa kini. Hal ini berbeda dari penelitian sejarah pada umumnya yang tidak hanya dengan perhatian khusus terhadap aspek ekonomi masyarakat masa lampau, melainkan juga dengan melakukan pendekatan dengan kerangka teori yang sistematis sebagai suatu sumber yang generalisasi serta dengan penggunaan metode kuantitatif sistematis yang sepadan dengan bukti-bukti yang terkumpul.

Sejarah sosial merupakan kajian sejarah tentang masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat, yang mencoba untuk melihat bukti-bukti sejarah dari sudut pandang mengembangkan tren sosial. Dalam pandangan ini, hal itu mungkin mencakup bidang-bidang sejarah ekonomi, sejarah hukum dan analisis aspek-aspek lain dari masyarakat sipil yang menunjukkan evolusi norma-norma sosial, perilaku dan banyak lagi. Bisa dibilang, tanpa sejarah Sosial, sejrah politik dan sejarah ekonomi tidak akan menjadi sebuah kajian yang utuh.

Sejarah sosial sering digambarkan sebagai sejarah dari bawah karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, interaksi didalamnya, dan bagaimana mereka membentuk sebuah tatanan pemerintahan. Bisanya dalam membahsa sejarah umum hanya akan berfokus pada siapa, apa, kapan dan di mana, sedangkan sejarah sosial berfokus pada penyebab terjadinya peristiwa sejarah itu sendiri.


A. MODEL KAJIAN SEJARAH SOSIAL-EKONOMI
Adapun beberapa model dalam pendekatan kajian sejarah Sosial-ekonomi adalah sebagai berikut:

1.Model evolusi
Model ini merupakan sebuah model kajian yang bertujuan untuk menunjukkan sebuah tulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat yang kompleks. Jadi, sudah jelas kiranya bahwa model ini hanya dapat diterapkan bahan kajian yang kajian tersebut menjelaskan atau menggambarkan sebuah masyarakat itu mulai dari awal berdirinya masyarakat tersebut.

2.Model lingkaran sentral
Model ini berbeda dari model yang pertama. Pada model ini tidak mengkaji kota ataupun masyarakat dari awal, namun dari titik atau pusat yang sudah ada atau sudah jadi.

3.Model interval
Ini merupakan model yang unik, karena model ini merupakan kumpulan dari kajian-kajian sejarah yang sinkronis yang kemudian di urutkan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lain, walaupun hubungan sebab-akibatnya tidak begitu kelihatan. Prospek dari pendekatan ini dapat dilihat dari kemungkinan tersedianya sumber sejarah.

4.Model tingkat perkembangan
Model ini adalah penerapan dari teori perkembangan masyarakat yang diangkat dari sosiologi. Jad, bisa dikatakan bahwa model ini mengkaji sebuah kondisi tertentu dari sebuah dis-equlibrium Sosial, struktur Sosial pasti akan berubah sedemikian rupa sehingga peranan yang semula meliputi berbagai tipe kegiatan menjadi terspesialisasi. Dengan kata lain struktur Sosial menjadi semakin kompleks dan dipilah-pilah.

5.Model jangka penjang-menengah-pendek
Model ini merupakan sebuah cara untuk menangani sejarah Sosial oleh Fernand Braudel. Beliau membagi sejarah dalam tiga keberlangsungan. Pertama, sejarah jangka panjang yang perubahannya sangat lamban, namun merupakan peluang yang konstan dan perkembangan waktu yang tak dapat dilihat. Kedua, perkembangannya lamban, namun ritme dari perkembangan tersebut dapat dirasakan. Tahap ini disebut juga tahab menengah. Ketiga, sejarah jangka pendek yaitu sejarah yang diambil dari kejadian-kejadian, dari sisnilah sejarah berjalan dengan cepat, pendek-pendek, floktuasi yang menggelisahkan. Dikatakan juga sejarah yang berdimensi individual.

6.Model sistematis
Model ini mengkaji atau menelusuri tentang sejarh Sosial dalam arti perubahan Sosial, tentunya dengan membuat pendekatan-pendekatan yang sistematis. Akhirnya sebuah penulisan sejarah sangat tergantung kepada kondisi objektif, berupa tersedianya sumber, dan kondisi subjektif berupa kemampuan penulis sejarah. Jadi uraian dari model ini juga berguna demi meningkatkan keterampilan sejarahwan dalam menentukan strategi penulisannya.


B.KEDUDUKAN SEJARAH SOSIAL EKONOMI DALAM ILMU SEJARAH
Sejarah Sosial-ekonomi merupakan salah satu cabang kajian dalam ilmu sejarah. Adapun kedudukan sejarah Sosial-ekonomi dalam ilmu sejarah adalah sebagai berikut:

1.Sebagai kekuatan dalam ilmu sejarah
Peristiwa yang dikaji dalam sejarah Sosial-ekonomi mampu menyebabkan terciptanya suatu fenomena sejarah. Sebut saja penyebab dari datangnya bangsa barat ke dunia timur, semua itu disebabkan karena factor ekonomi dan usaha untuk mencari sumber bahan baku setelah meletusnya revolusi industri, yang pada masalah ini merupakan kajian dari sejarah ekonomi. Sedangkan munculnya paham sosialisme setelah tercetusnya revolusi industry yang menyebabkan timbulnya kelas majikan dan buruh, juga menjadi kajian dalam sejarah Sosial. Semua itu merupakan kekuatan yang menjadi latar belakang timbulnya suatu fenomena sejarah.

2.Sebagai metodologi dalam ilmu sejarah
Metodologi sejarah atau pendekatan sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as written). Sejarah Sosial-ekonomi merupakan salah satu metodologi dalam peneliatian sejarah. Melalui pendekatan sejarah Sosial-ekonomi, dimungkinkan ilmu sejarah memperoleh pemahaman yang lebih utuh mengenai makna-makna peristiwa sejarah.
Dalam membahas masalah tanam paksa yang pernah diterapkan oleh belanda di Indonesia, seorang sejarhwan harus bisa mengkajinya dari aspek ekonominya, khusunya andil tanam paksa bagi pemulihan perekonomian belanda pasca bubarnya VOC dan dari pendekatan Sosial mengenai keadaan masyarakat Indonesia saat terjadinya tanam paksa. Dengan begitu, pembahsan dari tanam paksa akan memperoleh gambaran yang utuh.

3.Memberi sifat sinkronis
Ilmu sejarah pada dasarnya bersifat diakronis (memanjang ruang). Ketika sejarah bersentuhan dengan ilmu Sosial dan ekonomi, yang keduanya merupakan bagian dari ilmu Sosial, sehingga menghasilkan sejarah Sosial-ekonomi, sejarah berubah menjadi ilmu yang selain diakronis juga sinkronis. Artinya selain memanjang dalam waktu, sejarah juga melebar dalam ruang.
Sebagai contoh, awalnya dalam membicarakan perjalanan samudera (ekspedisi pelayaran bangsa barat untuk mencari dunia timur), hanya membahas tentang perkembangan perjalanan dari tahun ke tahun saja. Namun setelah ada sejarh Sosial-ekonomi, juga dibahas tentang interaksi dengan masyarakat asli yang mendiami tempat yang digunakan untuk berlabuhnya kapal mereka.

4.Sebagai permasalahan baru dalam sejarah
Sejarah Sosial-ekonomi memberikan banyak kajian permasalahan baru dalam ilmu sejarah. Misalnya tentang masalah kedudukan santri, priyayi dan abangan yang sebenarnya adalah permasalahan dalam sosiologi. Namun karena adanya sejarah Sosial yang membahas tentang kedudukan ketiganya semasa penjajahan Belanda, masalah tersebut menjadi kajian dalam ilmu sejarah. Dalam hal ekonomi, misalnya kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa awal kemerdekaan, antara lain membuat ORI, mendirikan BUMN dan melakukan pinjaman jangka panjang terhadap rakyat yang ingin mmebuka usaha, semua itu adalah kajian ekonomi yang dipelajari dalam ilmu sejarah, khususnya sejarah ekonomi.

5.Sebagai gerak dalam ilmu sejarah
Dengan adanya sejarah Sosial-ekonomi membantu dalam penulisan, pengembangan suatu study sejarah. Banyak hal-hal yang dapat diambil untuk analisa dalam study ilmu sejarah. Bahkan kajian dalam sejarah Sosial ekonomi ini merupakan sebuah penggerak dari ilmu sejarah.


C. PERANAN SEJARAH SOSIAL-EKONOMI TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
Sejarah Sosial-ekonomi punya peranan yang penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam menghadapi masa depan. Beberapa perana sejarah Sosial-ekonomi dalam kehidupan masyarakat anatara lain:

1.Untuk penentu kebijakan dalam Sosial-ekonomi
Salah satu kegunaan ilmu sejarah adalah untuk meneropong masa depan dengan menggunakan pola kajian masalah yang telah lalu. Sejarah Sosial dan ekonomi juga mmepunyai peranan yang sama. Sering kali orang melakukan kebijakan ekonomi untuk memperbaiki keadaan yang akan datang dengan melihat sejarah perekonomian yang telah lalu. Sebut saja masalah bank century. BI akhirnya memutuskan memberikan Bailout untuk century karena takut apabila bank itu ditutp akan menyebabkan bank-bank lain ikut tutup sehingga akan muncul kejadian seperti pada krisis ekonomi tahun 1997. Tentunya bila terjadi krisis itu tidak hanya berdampak pada perekonomian tapi juga pada kehidupan Sosial.

2.Sebagai perencana dan penilai pembangunan Sosial-ekonomi
Dalam kegiatan pembangunan ada empat tahab, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian. Sejarah Sosial dan ekonomi berguna dalam perencanan dan penilaian karena mmepunyai tiga cara, yaitu sejarah perbandingan, parelisme sejarah dan evolusi sejarah.
Sejarah perbandingan yaitu membandingkan pembangunan disuatu tempat dengan yang ada ditempat lain. Misalnya pertumbuhan ekonomi di india yang saat ini cukup tinggi, maka Indonesia seharusnya bisa belajar dari india dan membawanya ke Indonesia. Karena india lebih muda 2tahun dari Indonesia dan dulunya sama-sama Negara miskin dan berkembang.Parelisme sejarah digunakan untuk mengetahui mas-mas tertentu., yaitu kesejajaran masa lalu dan masa tertentu yang dibicarakan. Misalnya pembangunan birokrasi di wilayah pemekaran baru, dapat dipelajari dari pembangunan birokrasi Belanda di daerah-daerah yang baru mereka duduki. Dan untuk mengetahui persoalan yang akan timbul akibat pembangunan orang dapat belajar dari evolusi sejarah.

3.Sebagai ramalan masa depan ekonomi dan Sosial
Dari melihat sejarah bangsa lain yang telah lebih maju, Indonesia dapat meramalkan bagaimana keadaan ekonomi dan Sosial pada masa yang akan datang. Misalnya kedaan Indonesia saat ini diramalkan dengan melihat keadaan amerika pada saat masih dalam keadaan yang sama dengan Indonesia. Hal ini bisa dengan mudah terjadi karena pada dasrnya sejarah itu mempunyai pola-pola yang hamper sama dalam waktu satu dengan yang lain. Ada tanda-tanda bahwa Indonesia akan menjadi masyarakat kelas-kelas, satu pihak kelas bawah dan pihak lain kelas atas. Hubungan antar kelas dan antar sesame dibangun dalam system kontarktual. Hubungan ini berlaku baik di desa maupun di kota. Desa agraris data berubah menjadi desa ekonomi.

4.Sebagai pendidikan perubahan
Indonesia dapat membangun perekonomian dengan melihat sejarah perekonomian bangsa lain yang telah lebih dahulu maju. Seperti melihat inggris dan amerika dalam membangun industry mereka. Dari Negara-negara yang sudah memasuki pasca-industri sehingga Indonesia dapat belajar dari pengelolaan masyarakatnya. Dan belajar dari jepang dengan kemajuan ipteknya.



Konsep, Fungsi, Tujuan, dan Aliran-aliran Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dimulai sejak manusia itu ada. Dengan adanya pendidikan manusia akan memiliki bekal untuk membantu hidupnya dan membangun negaranya. Pendidikan bisa berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Manusia mendapatkan pendidikan formal dari suatu lembaga pembelajaran atau sekolah, sedangkan manusia mendapat pendidikan non formal dari kehidupan sehari- hari seperti sopan santun, sikap dalam kehidupan sehari- hari dalam masyarakat.

Pendidikan itu sendiri adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991).


A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan usaha untuk membimbing anak agar menyerupai orang dewasa akan tetapi bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

logo tut wuri handayani
Gambar : Logo Tut Wuri Handayani


Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ”Pedagogics”. Pedagogics berasal dari bahasa Yunani yaitu ”pais” yang berarti anak, dan ”again” yang berarti membimbing. Poerbakwatja dan Harahap (1982 : 254) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu: (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing atau ”pedagog”, istilah pendidikan (pedagogy) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup (lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
1.Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991).

2.Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).

3.Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo, 2001:6).

4.Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibinsyah, 2003:10).

5.Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya (Dictionary of Psychology, 1972).

6.Dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya (Poerbakawatja dan Harahap, 1981).

7.Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

8.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 Tahun 2003).


B. FUNGSI PENDIDIKAN
Fungsi pendidikan adalah serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilaksanakan oleh pendidikan (Drs. Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995: 57). Ruang lingkup pendidikan sangat luas, hal ini dikarenakan pendidikan harus menyentuh segala segi kehidupan manusia, bangsa dan negara, nasional, internasional, bahkan dunia dan akhirat. Pendidikan mempunyai peran penting dalam suatu pembangunan negara dan bangsa. Dengan pendidikan maka manusia mempunyai bekal dan modal dalam menjalani kehidupan guna pembangunna negara dan bangsa.

Lembaga pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan di dalam keluarga mempunyai tugas untuk mengembangkan keyakinan beragama, nilai- nilai kebudayaan, nilai- nilai moral dan keterampilan. Pendidikan di sekolah mempunyai tugas memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan, serta mengembangkan berbagai nilai dan sikap. Pendidikan di luar jalur sekolah mempunyai tugas mengembangkan pengetahuan dan kemampuan warga masyarakat untuk dapat berperan dalam berbagai bidang kehidupan secara produktif, efisien, dan efektif.

Di dalam Undang- undang No. 2 tahun 1989 pasal 3 dijelaskan fungsi pendidikan nasional di Indonesia adalah “Mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesiadalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”. Fungsi pendidikan nasional adalah berusaha memerangi segala kekurangan, keterbelakangan, dan kebodohan serta memantapkan ketahanan nasional, meningkatkan rasa persatuan dan kesatuanberlandaskan kebudayaan bangsa dan ke Bhineka Tunggal Ika-an (penjelasan pasal 3 Undang- undang No. 2 tahun 1989). Yang dimaksud dengan “mewujudkan tujuan nasional” dalam rumusan tentang fungsi pendidikan ialah mewujudkan empat tujuan negara sebagaimana termaktub pada alinea 4 pembukaan undang- undang Dasar 1945 yaitu :
1.Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2.Memajukan kesejahteraan umum.
3.Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.


C. TUJUAN PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap. Maka tujuan pendidikan merupakan suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya dan ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik didalam jalur pendidikan sekolah maupun di jalur pendidikan luar sekolah (Drs. Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995: 59).

Pendidilan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Bab VIII pada Undang- undang Dasar telah dijabarkan ke dalam Undang- undang No. 4 tahun 1950 junco No. 12 tahun 1954 dengan tujuan pendidikannya dalam Bab II pasal 3 sebagai berikut :
“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyatrakatdan tanah air”.

Dalam Laporan Komisi Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional tahun 1980 dibawah pimpinan Prof. Dr.Slamet Iman Sentosa, tujuan pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan Nasional bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

Dalam GBHN tahun 1983, dirumuskan tujuan pendidikan, yaitu :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

Dalam UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dr. M.J. Langeveld (Belanda) mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam 6 macam, yaitu :
1.Tujuan umum, total atau akhir
Tujuan ini merupakan tujuan yang paling jauh dan yang paling akhir dicapai, dan merupakan keseluruhan / kebulatan tujuan yang ingin dicapai, misalnya kedewasaan, manusia muslim sejati, manusia Indonesia seutuhnya dan sebagainya.

2.Tujuan khusus
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum yaitu pengkhususan berdasarkan usia, jenis kelamin, intelegensi (anak super normal, normal, di bawah normal), bakat atau minat.

3.Tujuan tak lengkap
Tujuan ini hanya meliputi sebagian kehidupan manusia, misalnya segi psikologis, biologis atau sosiologis saja.

4.Tujuan sementara
Tujuan ini hanya berlaku sementara, kalau sudah tercapai tujuan yang di inginkan, maka tujuan sementara itu lalu ditinggalkan, contohnya memasukan anak ke pesantren.

5.Tujuan intermedier
Tujuan ini merupakan tujuan perantara untuk mencapai tujuan yang pokok, contohnya memasukan anak pada pusat pelatihan kerja.

6.Tujuan insidental
Merupakan tujuan yang ingin dicapai pada saat-saat tertentu, misal memberi tahu cara-cara makan yang sopan pada saat makan bersama.


Di sekolah diperkenalkan hirarki tujuan pendidikan, yaitu :
1.Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan terkhir atau tertinggi yang berlaku bagi semua lembaga dan kegiatan pendidikan. Tujuan ini di tuangkan ke dalam GBHN (Tap MPR No. II/MPR/1988) atau ke dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989.

2.Tujuan institusional
Merupakan tujuan tiap- tiap lembaga pendidikan.

3.Tujuan kurikuler
Disebut juga tujuan bidang study, misalnya tujuan pengajaran matematika yang secara langsung diacu oleh guru dalam melaksanakan tugasnya (mengajar).

4.Tujuan instruksional
Merupakan tujuan yang dipegang oleh guru waktu mengajar di muka kelas. Tujuan ini dibedakan menjadi 2, yaitu :
•Tujuan Instruksional Umum (TIU)
•Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

D. ALIRAN–ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa aliran, aliran ini adalah :

1.Nativisme
Nativisme (aliran pembawaan) adalah aliran yang berpendapat bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Dalam aliran nativisme faktor lingkungan dianggap kurang memberi pengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Seseorang akan menjadi ahli lukis, agama, dan lain-lain itu semua semata-mata karena pembawaan. Tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap aliran nativisme adalah Arthur Schopenhauer, Immanuel Kant, Gottfried Wilhemleibnitz.

•Arthur Schopenhauer
Dilahirkan di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga pembisnis. Ia merupakan seorang jenius dengan karyanya yang terkenal adalah The World as Will and Representation. Ia mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi, apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya, yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri.

•Immanuel Kant
Di lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan filsof Jerman dan karyanya yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft. Ia berpendapat bahwa :
1)Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.

2)Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.

3)Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.

•Gottfried Wilhemleibnitz
Merupakan filsuf Jerman yang lahir di Leipzig, pada 1 Juli 1646. Gottfried mempunyai pandangan bahwa perkembangan manusia sudah ditentukan sejak lahir. Manusia hidup dalam keadaan yang sebaik mungkin karena dunian ini diciptakan oleh Tuhan.


2.Empirisme
Aliran empirisme adalah aliran yang berpendapat bahwa semua pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan hasil dari pengalaman manusia. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang bukanlah bawaan sejak lahir atau bukan merupakan faktor keturunan. Tokoh- tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah :

•Francis Bacon
Merupakan filsuf, negarawan, sekaligus penulis yang berasal dari Inggris. Francis Bacion berpendapat bahwa "Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti mengamatinya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis".

•Thomas Hobbes
Dilahirkan di Malmesbury (1588-1679). Hobbes berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia, dan sama sekali tidak tergantung pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme).

•John Locke
John Locke lahir di Bristol Inggris pada tahun 1632. Jonh Lucke terkenal dengan teori tabularasanya. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Essay Concerning Human Understanding (1600), Letters on Tolerantion (1689-1692), dan Two Treatises on Government (1690). John berpendapat bahwa anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan seperti kertas putih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters).

•David Hume
David Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia merupakan filosof Skotlandia, ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume berpendapat bahwa seluruh pemikiran merupakan hasil dari pengalaman, yang disebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri atas kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).


3.Konvergensi
Konvergensi merupakan aliran pendidikan yang berpendapat bahwa kepribadian manusia tergantung pada pendidikan, pembawaan, dan lingkungan. Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah :

•William Strern
William Strern lahir pada 29 april 1871, ia merupakan penemu konsep intelligence quotient atau IQ. William berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik maupun buruk. Baik buruknya seseorang tergantung dari pembawaan dan lingkungan.

•Al Ghazali
Al Ghazali lahir pada tahun 450 H atau 1058 M di desa Thus. Al Ghazali berpendapat bahwa batas awal berlangsungnya pendidikan adalah sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Adapun mengenai batas akhir pendidikan adalah tidak ada karena selama hayatnya manusia dituntut untuk melibatkan diri dalam pendidikan sehingga menjadi insan kamil. Kemakmuran dan kejayaan suatu bangsa sangat bergantung pada sejauhmana keberhasilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Selain itu, pengajaran dan pendidikan harus dilaksanakan secara step by step.


4.Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran ilmu Jiwa yang berkembang di Amerika. Pelopor aliran ini adalah William James, Thorndike, dan Waston. Aliran behaviorisme memiliki ciri- ciri :
•Aliran ini mempelajari perbuatan manusia dari perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.

•Semua perbuatan dikembalikan pada reflek. Reflek adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu rangsang.

•Pada dasarnya manusia itu dilahirkan sama. Manusia merupakan makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi kehidupannya.


5.Taman Siswa
Taman siswa adalah perguruan nasional yang dipelopori oleh Tiga serangkai yaitu Ki Hajar Dewantara, Dr. Tjipto, dan Dr. Douwes Dekker. Taman siswa yang tersebar diseluruh Indonesia dipimpin oleh induk organisasi Majelis Luhur Taman Siswa, yang berkedudukan di Yogyakarta. Prinsip dasar dalam sekolah / pendidikan Taman Siswa antara lain : Tut Wuri Handayani (Di Belakang Memberi Dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (Di Tengah Menciptakan Peluang Untuk Berprakarsa), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di Depan Memberi Teladan). Tokoh- tokoh yang berpengaruh pada aliran taman siswa adalah :

•Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara merupakan bapak pendidikan nasional, beliau lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889.menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memberikan tuntutan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak, agar merekabaik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakatdapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang setinggi- tingginya (Aliran- aliran Pendidikan dan Pengajaran Dengan Tokoh- tokohnya, 1974 : 93).

•Danudirja Setyabudi (Ernest Douwes Dekker)
Douwes Dekker merupakan pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada 8 Oktober 1879, di Pasuruan, Jawa Timur. Ia merupakan anggota dari Tiga Serangkai. Beliau merupakan penggagas nama “Nusantara”.

•Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo
Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo lahir pada tahun 1886 di Pecangakan, Ambarawa, Semarang. Beliau adalah tokoh pergerakan nasional. Berbeda dengan kedua rekannya dalam Tiga Serangkai yang mengambil jalur penddikan, beliau mengambil jalur politik, hal tersebut dikarenakan sikap radikal beliau.


6.Kayu Tanam
Kayu Tanam atau yang dikenal dengan Ruang Pendidikan INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera Barat).
Tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam adalah :

•Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
•Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
•Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
•Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
•Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

Tokoh yang berpengaruh dalam aliran Kayu Tanam adalah Mohammad Syafei, beliau lahir di Natan, Kalimantan Barat, pada tahun 1895.
Asas-Asas Pendidikan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam adalah:

•Berpikir logis dan rasional
•Keaktifan atau kegiatan
•Pendidikan masyarakat
•Memperhatikan pembawaan anak
•Menentang intelektualisme

7.Realisme
Realisme merupakan aliran pendidikan yang timbul pada tahun ± 1600, munculnya aliran ini disebabkan oleh kemanjuan- kemajuan ilmu pengetahuanalam yang dipelopori oleh Copernicus, Galilei dan kemrosotan sistem Humanisme sendiri. Tokoh- tokoh yang berpengaruh dalam aliran Realisme adalah Francis Bacon (Inggris) dan Rene Descartes (Perancis).


8.Rationalisme
Rationalisme merupakan aliran kejiwaan yang muncul pada abad ke 18. Aliran ini berpendapat bahwa akal (ratio) adalah sumber kebenaran, dan tidak mau mengakui bahwa kebenaran itu besumberkepada kepercayaan atau tradisi (Aliran- aliran Pendidikan dan Pengajaran dengan Tokoh- tokohnya, 1974 : 10). Beberapa tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah John Locke, Jean Jacques Rousseau.


9.Philantropinisme
Merupakan aliran pendidikan yang memuja akal manusia, jadi aliran ini termasuk rationalisme. Dengan pendidikan dan pengjaran mereka hendak membentuk manusia bahagia. Aliran ini terpengaruh oleh pandangan dari John Locke dan J.J. Rousseau. Kaum Philantropinisme mendapat julukan sebagai sahabat manusia. Tokoh yang berpengaruh pada aliran ini adalah Cristian Gotthilf Salzmann (1744-1811).


10.Aliran- aliran pendidikan pada abad 19
Pada abad 18 banyak orang yang mendewa- dewakan pengetahuan, sehingga orang beranggapan bahwa kemajuan- kemajuan Kerohanian hanya bisa dicapai dengan otak yang cerdas, hal tersebut menimbulkan zaman intelektualisme. Tokoh yang berpengaruh adalah John Friederich Herbart dan Freiderich Frobel.


11.Aliran- aliran pendidikan (Modern) pada abad 20
Pada abad ke 20 tedapat bermacam- macam aliran pendidikan yang simpang siur dan berbeda azasnya. Aliran- aliran pendidikan ini adalah :
•Pendidikan individu, aliran ini beranggapan bahwa individu sebagai objek pendidikan.

•Pendidikan sosial, aliran ini menitih beratkan perhatian pada masyarakat sebagai suatu kebulatan yang mempunyainilai yang tinggi.

•Pendidikan normatif, aliran ini beranggapan bahwa pendidika itu harus dikuasai oleh norma yang tepat, yaitu ketentuan yang absolut yang berasal dari agama dan filsafat.

•Pendidikan discriptif, merupakan lawan dari pendidikan yang normatif yaitu bagaimana terjadinya bukan bagaimana seharusnya.


12.Aliran- aliran didaktik Modern
Aliran ini lebih meniti beratkan pada pendekatan, contohnya penelitian yang dilakukan Dr. Maria Montessori, ia memimpin sebuah rumah sakit jiwa di Roma. Dari pengalamannya merawat anak- anak ia menyimpulkan bahwa anak- anak yang mengalami gangguan jiwa ternyata lebih membutuhkan pendidikan dari pada pengobatan.



Ekonomi Tradisional dan Perubahan Sosial

Sistem ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang dijalankan secara bersama untuk kepentingan bersama atau demokratis, sesuai dengan tata cara yang biasa ditempuh oleh nenek moyang sebelumnya.Dalam system tradisional ini segala barang dan jasa yang diperlukan, dipenuhi sendiri oleh masyarakat itu sendiri guna untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya sendiri. Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagaikekurangankekurangan yang ada dari segi organisasi atau kelembagaan modPerubahan sosial dapat terjadi apabila terdapat agen perubahan. Pada tingkat kelembagaan seringkali dijumpai adanya gerakan sosial. Gerakan sosial ini seringkali menjadi agen perubahan.


A. PERTANIAN
Sistem ekonomi pada masyarakat pertanian mempunyai ciri teknik produksi dipelajari secara turun temurun dan bersifat sederhana dan mengenal pembagian kerja yang masih terikat tradisi tanah sebagai tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran. Pada masyarakat ini mereka biasanya masih menggunakan sistem pertukaran barter yaitu menukar barang dengan barang dan pada masyarakat pertanian ini teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga produktivitas rendah dan menyebabkan mutu barang hasil produksinya rendah.Dalam sistem ekonomi tradisional, tugas pemerintah hanya terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan, dan menjaga ketertiban umum. Dengan kata lain kegiatan ekonomi yaitu masalah apa dan berapa, bagaimana dan untuk siapa barang diproduksi semuanya diatur oleh masyarakat.

pertanian
Gambar : Pertanian


Pada masyarakat pertanian hasil pertaniannya tidak untuk di jual melaikan di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tetapi apabila hasil pertiannya di kira lebih maka kelebihannya akan di jual kepada orang lain yang membutuhkannya atau hasilnya di tukarkan dengan barang lain yang tidak bisa di hasilkannya sendiri. Kelebihan dari sistem ekonomi tradisional adalahtidak terdapatnya persaingan dan masyarakat merasa aman, karena tidak mempunyai beban berat yang harus di pikul.


B. PERDAGANGAN DAN PELAYARAN
Sistem ekonomi tradisional yang di pakai pada masyarakat perdagang dan pelayar adalah sistem barter yaitu sistem pertukaran barang dengan barang. Seperti halnya dengan sistem ekonomi pada masyarakat pertanian sistem ekonomi tradisisonal pada masyarakat perdagang dan pelayar juga mempunyai kesamaan yaitu mereka melakukannya guna untuk memenuhi kebutuhannya baik sendiri maupun kebutuhan umum.

pelayaran tradisional
Gambar : Pelayaran Tradisional

Pada masyarakat ini mereka melakukan perdagangan dan pelayaran ke daerah-daerah lain guna untuk memenuhi atau mencukupi kebutuhan hidup yang tidak bisa dipenuhinya atau dihasilkannya sendiri oleh mereka sehingga perlu melakukan perdagangan dan pelayaran ke daerah-daerah lain. Sehingga dari hubungan tersebut terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat yang saling mengadakan hubungan perdagangan, baik perubahan sosial kea rah kebaikan ataupun kemunduran.


C.PERKEMBANGAN EKONOMI
Perkembangan ekonomi yang di alami masyarakat yang menggunakan sistem perekonomian tradiosional adalah lambat. Karena semua kebutuhan hidupnya di penuhi sendiri dan di dalam memproduksi barang, untuk siapa barang tersebut di produksi semuanya di atur oleh masyarakat. Sehingga dalam sistem ekonomi tradisional, tugas pemerintah hanya terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan, dan menjaga ketertiban umum. Dengan kata lain kegiatan ekonomi yaitu masalah apa dan berapa, bagaimana dan untuk siapa barang diproduksi semuanya diatur oleh masyarakat.

Dalam sistem ekonomi tradisional semacam ini memiliki kelemahan dan kelebihan sebagai berikut.

Kelemahan ekonomi tradisional :

•Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga produktivitas rendah.

•Mutu barang hasil produksi masih rendah.

•Kegiatan utama ialah bercocok tanam, menangkap ikan, memungut hasil hutan.

•kegiatan ekonomi dijalankan untuk mendapatkan bahan ,makanan dan lain-lain hasil untuk memenuhi keperluan harian.

•Alat pertanian adalah mudah yaitu menggunakanhewan atau binantang dan manusia tanpa teknologi modern.

•Mereka menggunakan sisitem barter, dalam melakukan kegiatan transaksi.

•Sebab-sebab petani tidak dapat mengeluarkan kelebihan hasil
-Kekurangan tenaga buruh
-Tidak ada ternak yang dapat melakukan kerja berat
-Menangung beban kerja kerah pemerintah
-Tiap petani hendaknya menyerahkan 1 per sepuloh hasil mereka kepada, pembesar atau raja pada saat itu.

Atas sebab-sebab diatas petani tidak dapat mengusahakan tanaman lebihan hanya golongan pemerintah sahaja banyak mengumpul kekayaan.

Kelebihan ekonomi tradisional :

•Tidak terjadi persaingan yang tidak sehat, hubungan antar individu sangat erat.

•Masyarakat merasa sangat aman, karena tidak ada beban berat yang harus dipikul.

•Tidak indiviualistis.


D. PEMIKIRAN TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN
Dalam faktor produksi kerja pertanian juga tampak individualisering. Dahulu tiap pekerjaaan teristimewa pekerjaan mengolah tanah, berhubung dengan perajaan keagamaa. Terikatnya kerja pada agama tampak dari kegiatan pengolahan tanah di dahului dengan upacara yang di pimpin oleh fungsionaris masyarakat. Selanjutnya kerja dapat diorganisir dengan berbagai cara salah satunya adalah gotong royong. Dari gotong royong inilah dapat timbul bentuk-bentuk organisasi lainnya dan dari gotong royong berubah menjadi tolong-menolong.

Tolong-menolong di jawa sejak awalnya mengandung sifat individual, tetapi dahulu mengandung juga kewajiban untuk memberikan pertolongan yang diminta. Seperti di jawa maka di luar jawa pun terdapat juga bentuk organisasi lama seperti perinduk semangan dan perbudakan. Budak adalah tawanan perang atau keturunan dari tawanan itu. Perinduk semangan yang timbul karena adanya penyerahan diri karena tidak dapat melunasi hutangnya. Para pemilik tanah menyuruh mengerjakan tanahnya untuk satu atau beberapa panenan kepada orang lain (deelbouwnemer atau deelbouwer) dengan pejanjian bahwa deelbouwer akan menyerahkan sebagian tertentu dari hasil panenanya kepada deelbouwgever. Deelbouw ini banyak terdapat dijawa, tetapi juga di daerah-daerah lain di dunia.

Syarat-syarat deelbouw yang paling banyak di pakai di jawa adalah mempertengah atau mempertiga. Banyak keterangan yang menunjukan bahwa deebouw di jawa dalam abad ini bertambah, dan bahwa syarat deelbouw itu diperberat sehingga merugikan deelbouwer. Dalam deelwining, maka hasil tanaman yang lebih dari satu tahun dipaneni dan orang-orang yang memaneninya diberi bagian dari pada hasil panenya. Deelaanleg banyak terdapat dalam menanam tanam-tanaman perdagangan yang umurnya lebih dari satu tahun (overjarige handelesgewassen). Deelarbeider menbuka tanah, membuat kebun dan memeliharanya selama tahun-tahun pertama. Diantara pohon-pohon yang di tanamnya ia diperkenakan menanam tanam-tanaman. Pemiliknya tanah memberikan bibitnya dan tiap tahun sejumlah uang biasanya dalam bentuk persekot.

Jika kebun itu telah selesai di Tanami dan penuh dengan tanaman, maka kebun itu dibagi antara kedua belah pihak. Deelaanleg ini banyak terdapat dalam penanaman kebun-kebun karet, kelapa dan lada di Sumatra dan Kalimantan.


E. PERKEMBANGAN PERTANIAN DALAM SEJARAH
Pertanian rakyat banyak sekali ragamnya.Pertanian yang awal mulanya di gunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri berubah untuk memenuhi kebutuhan semua orang. Sehingga pertanian mengalami pertubuhan yang lama dan disamping itu dalam waktu terakhir terdapat berbagai perubahan. Pertumbuhan pertanian tidak berjalan dengan merupakan garis lurus. Seringkali dari sesuatu stadium terdahulu yang tertentu, dapat timbul suatu pertumbuhan dalam berbagai arah, yang dapat tergantungdari pada banyak keadaan. Yang dikatakan pertumbuhan pertanian misalnya perubahan penyesuaian kepada alam dan perubahan-perubahan itu dapat bertalian dengan bertambah padatnya penduduk, sehingga diperlukan pemakaian tanah dengan lebih intensif, tetapi mungkin juga ada sebab-sebab lain, misalnya bertumbuhnya lalu lintas, yang menimbulkan kemunkinan-kemungkinan baru dalam penyesuaian kepada alam.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, maka dari pada itu perlu di lakukan peningkatan hasil pertanian dengan berbagai upaya. Diantaranya adalah sistem penanaman tanaman yang satu jenis saja menjadi dua jenis tanaman di tanam pada tanah yang sama dan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya misalnya saja dalam membajak sawah hanya menggunakan cangkul yang membutuhkan waktu lama diganti dengan membajak dengan menggunakan tenaga hewan yang lehih efektif ari pada membajak dengan cangkul.


F. PERUBAHAN SOSIAL
Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya sendiri. Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagai kekurangan-kekurangan yang ada dari segi organisasi atau kelembagaan modern. Perubahan sosial dapat terjadi apabila terdapat agen perubahan. Pada tingkat kelembagaan seringkali dijumpai adanya gerakan sosial. Gerakan sosial ini seringkali menjadi agen perubahan. Kondisi ideal perubahan yang terjadi merupakan proses tuntutan dari bawah (bottom up) namun seringkali pula perubahan melalui gerakan sosial juga berasal dari kalangan elit (top down). Konsep involusi pertanian dan kemiskinan berbagi yang disampaikan oleh Geertz menggambarkan kegagalan pembangunan pertanian di Jawa. Revolusi hijau membawa dampak pada terjadinya polarisasi penduduk Jawa menjadi golongan pemilik tanah dan buruh tani.

Perubahan kelembagaan dipandang sebagai bentuk penyesuaian bentuk pranata di pedesaan menuju tatanan yang lebih efisien. Masuknya teknologi baru menjadi penyebab adanya ketidakefisienan pranata yang ada di pedesaan. Pandangan Marx tentang perubahan sosial menyatakan bahwa faktor materialis sebagai penyebab perubahan sosial. Masuknya teknologi menyebabkan perubahan moda produksi yang akhirnya membentuk perubahan pada kehidupan sosial, dan ekonomi.Memudarnya kelembagaan tradisional juga digambarkan oleh Roepke. Penelitiannya tentang aktivitas panen menunjukkan bahwa sistem panen terbuka digantikan oleh sistem panen eksklusif. Pola ini terjadi karena adanya peningkatan investasi dalam usahatani yang disebabkan oleh biaya yang harus dibayar oleh petani terhadap teknologi baru. Panen terbuka menyebabkan berkurangnya keuntungan yang didapartkan oleh pemilik lahan, oleh karenanya sistem panen berubah menjadi panen ekslusif bahkan menuju bentuk kerja upah.