Blora, kota ini terletak di Jawa Tengah. Kali ini saya akan menceritakan asal-usul kota ini. Berikut ini penjelasan tentang nama kota tersebut di bawah.
Airlangga adalah pendiri kerajaan Kahuripan. Beliau mempunyai wakilnya yaitu putrinya yang bakal menjadi pengganti Airlangga.
Menjelang akhir hayatnya dia kesulitan mencari pengganti tahtanya karena putrinya memilih menjadi pertapa. Karena putrinya menolak menjadi pengganti Airlangga. Akibatnya kedua anak laki-laki putra Airlangga yang juga menjadi adiknya Gayatri mendengar itu menjadi berebut takhta kekuasaan kerajaan Kahuripan.
Airlangga berkata kepada Gayatri "Gayatri, bagaimana ini adikmu berebut takhta kekuasaan karena kamu menolak jadi raja!" Gayatri menjawab "Ayah bagaimana kalau kerajaan Kahuripan dibagi dua!" Airlangga menjawab dengan tegang "Bagaimana ini kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua sedangkan ayah bersusah payah mempersatukan kerajaan ini" ! Tapi ayah itulah salah satu cara supaya tidak terjadi pertumpahan darah!" Siapa yang akan membagi kerajaan Kahuripan?" tanya Airlangga. "Mpu Baradah" jawab Gayatri.
Akhirnya Airlangga langsung mengadakan rapat tentang pembagian Kerajaan Kahuripan dan hasilnya menyetujui pendapat Gayatri. Besok pagi Airlangga langsung mengirim kedua pengawalnya untuk menyampaikan berita ini ke Mpu Baradah. Mpu Baradah pun datang ke Istana. Setelah itu beliau pun mengiyakan pendapat Airlangga meskipun memang cukup berat untuk membagi wilayah kerajaan yang sudah lama ditempatinya. Namun akhirnya beliau bersedia juga untuk membagi wilayah Kerajaan Kahuripan menjadi dua.
Akhirnya, Kerajaan Kahuripan dibagi 2 dengan Gunung Kawi sebagai batas. Yaitu Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan ibukotanya Daha yang terletak di sebelah barat Gunung Kawi dan Kerajaan Jenggala atau Singosari dengan ibukotanya Kahuripan terletak di Timur Gunung Kawi.
Setelah kejadian itu sebagai ucapan terima kasih Airlangga memberi sebuah tanah yang sangat luas kepada Mpu Baradah. Tanah itu oleh masyarakat sekitar disebut Bhurara yanng berarti "Bhura" berarti Raja dan "Rara" yang berarti tanah rakyat yang diartikan hadiah tanah raja kepada anak atau orang yang berjasa kepada kerajaan. Namun akhirnya oleh masyarakat sekitar dinamakan Blura dan menjadi nama Blora hingga saat ini.